Senada disampaikan Ryan, warga Desa Tapen. Dari YouTube dia bisa membayar utang orang tuanya sebesar sekitar Rp 500 juta. Itu pun masih bisa membeli mobil. “Awalnya cuma dapat Rp 2 jutaan. Tapi angka itu terus bertambah. Saat ini sekitar seratusan juta tiap bulan,” papar jebolan SLTA di wilayah Tapen ini.
Kini tanggapan orang di desanya sudah berbeda. Jika dulunya menduga mereka melakukan pesugihan atau memelihara tuyul, kini justru ingin tahu bagaimana menghasilkan uang dari Youtube.
Apalagi puluhan pemuda di Desa Tapen sudah banyak yang menekuni pekerjaan menjadi Youtuber. Jika sebelumnya para pemuda setempat yang baru lulus SMA, pilihannya merantau ke kota lain, kini mereka lebih berdaya dengan lebih banyak tinggal di rumahnya.
Pemuda di desa itu kini banyak yang bermobil dan memiliki barang-barang yang boleh dibilang mewah, untuk ukuran sebuah desa. Pun banyak yang ber-umrah dan memiliki tanah hingga sawah.
Tapen merupakan sebuah desa yang berjarak sekira 15 km dari Kota Bondowoso. Pemuda yang dulu harus merantau setamat sekolah, untuk menyambung hidup, namun kini berbalik arah.
Mereka banyak yang pulang kampung dan mencoba peruntungan dengan jadi Youtuber. Tak sia-sia, berkat kegigihan, mereka menjadi kreator dengan view yang tinggi dan subscribe (pengikut) yang banyak.
Video Pilihan : Minibus Plat Merah Hadang Ambulance Bawa Pasien Korban Kecelakaan
Kesuksesan para pemuda Dusun Posong tak terlepas dari sosok pemuda, Imam Januar (34) yang menjadi inisiator Kampung Youtuber. Penampilannya sederhana dan bersahaja, jauh dari sosok miliarder atau Youtuber yang gaya hidupnya cenderung glamour. Itulah Imam Januar, tamatan SMA yang menjadi otak di balik terbentuknya Kampung YouTuber di Bondowoso, Jawa Timur.
Imam mengaku sama sekali tak pernah menyangka belajar autodidaknya mengenai Youtube akan membuahkan hasil seperti saat ini . Dia bisa membantu para pemuda mencapai kesuksesan.
Selanjutnya >> > Youtuber, Ubah Dusun Posong,Jadi Kawasan Elit