“Malah, jiwanya dulu yang dibangun. Baru raganya. Wallahualam,” tukas STH yang merupakan seorang ninik mamak di kampungnya Nagari Koto Laweh Kecamatan X Koto Kabupaten Tanah Datar, dengan menyandang gelar Datuak Rangkayo Mulia Nan Di Apa.
Apakah generasi milenial dan gen z dapat mengikuti dan memahaminya? “Mestinya bisa dan harus bisa,” tegas STH.
Ditambahnya, milenial dan gen z perlu hadir dalam pembacaan puisi Hamid Jabbar, untuk menyeimbangkan logika dan rasa.
“Bersama generasi x dan baby boomers yang mungkin akan bernostalgia dengan kehadiran imajer Sang Penyair. Ayo!,” pungkas STH.
Pada acara “Peringatan 20 Tahun Wafatnya Hamid Jabbar”, seorang penyair Indonesia dari Ranah Minang, selain Parade Baca Puisi, akan ada pula Orasi Budaya, Testimony Speech, dan Achievement Award untuk Hamid Jabbar atas dedikasinya di dalam berkesenian sampai ajal menjemputnya saat membaca puisi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 29 Mei 2004.
Prolog mengenai siapa dan bagaimana sepak terjang Hamid Jabbar semasa hidup akan disampaikan Dr Andria Catri Tamsin, dosen UNP yang juga seorang sastrawan dan penyair.
Komentar