Sehingga biaya kuliah si bungsu yang dirasa mahal masih bisa dia penuhi, walau agak terseok-seok. Oleh karena itulah Guru Halimah mengurungkan niatnya untuk pensiun dini.
Belum lagi saat ini Guru Halimah kuliah tiap hari Jumat dan Sabtu. Dia diberi waktu dua tahun untuk meningkatkan kualifikasi ijazahnya dari Diploma III ke Sarjana (S1). Bila hal itu tidak dilakukan maka Guru Halimah dianggap tidak sanggup memenuhi syarat untuk mendapatkan dana pengembangan profesi (sertifikasi) tersebut.
Tiba-tiba Guru Halimah tersentak dari lamunannya. Dia sedang melintas dari kampusnya untuk pulang ke rumah naik Bus Kota. Bunyi rem mobil berdenyit keras. Guru Halimah kaget setengah mati. Mukanya pucat. Dia sangat malu kepada orang-orang yang berada di sekitar itu.
Tidak saja malu, rasa takutnya muncul. Ketika mobil sedan hitam yang hampir menabraknya menepi. Seorang laki-laki gagah perlente ke luar dari mobil dan berjalan ke arahnya. Dada Guru Halimah bergemuruh kencang. Apakah laki-laki itu akan memarahinya. Terus terang, tadi Guru Halimah sedang melamun dan tak disangka mobil sedan itu telah berada di dekatnya.
Kecemasan Guru Halimah bukan berkurang malah semakin bertambah ketika laki- laki perlente tersebut mengulurkan tangannya. Jangan-jangan laki-laki itu akan menghipnotisnya seperti cerita teman-temanya di sekolah. Laki-laki itu belum menurunkan tangannya untuk bersalaman. Melihat Guru Halimah takut dan kebingungan akhirnya dia berucap; “Saya Arman murid Ibu. Ibu. . . Ibu Halimah bukan?”
Simak Video : Ekspresi Guru Honor Dapat Hadiah Motor
Menyebut nama Arman Guru Halimah cepat mengingatnya. Arman adalah anak pintar dari sekian anak pintar yang pernah ditemuinya selama mengajar. Dulu saat Guru Halimah menerangkan pelajaran di depan kelasnya, pandangan Arman lurus ke depan. Bila konsep di terangkan dengan jelas, Arman akan cepat menangkap dan tak akan pernah melupakannya.
Dulu …Halimah juga pernah mengatakan kepada guru-guru yang lain. Bila boleh ada nilai 10 plus, Arman akan diberinya nilai tersebut. Begitu saking pintarnya dia. Akhirnya dijabatnya tangan laki-laki yang bernama Arman itu. Seraya laki-laki perlente itu membungkukkan setengah badannya.
Halaman Berikutnya >>>
[ 1 ] [ 2 ] [ 3 ] [ 4 ] [ 5 ] [ 6 ] [ 7 ]