Sebagai salah seorang petani tebu, penghasilannya sebenarnya pas-pasan untuk makan sehari-hari. namun karena tekad putri-putrinya begitu kuat untuk menuntut ilmu, ia berusaha bekerja sebagai buruh kebun tebu orang lain, agar dia bisa membiayai kebutuhan hidup dan biaya sekolah anak anaknya.Yang penting halal, dan kebutuhan putri saya terpenuhi. “Bialah badan ko susah, panek bancari pitih,” terangnya.
Yang menjadi keluhannya adalah masalah rumah tempat tinggal. Bila angin berembus, ia bersama 3 putrinya terpaksa kedinginan, walau sudah menggunakan selimut yang mereka miliki.Maklum, dinding rumah mereka tidak kuat diterpa angin. Dinding rumah yang terbuat dari “palupuh,” tidak mampu menahan angin malam yang dingin, di pinggang Gunung Merapi itu.
Yusnidar mengatakan bahwa dulu rumahnya pernah didata petugas pemerintah untuk didaftarkan sebagai penerima program bedah rumah. Namun ia tidak mengetahui dengan pasti, dari instansi mana petugas pendata tersebut.
Yaitu tahun 2014, kalau tidak salah, ada petugas mendata rumah saya sebagai rumah calon penerima program bedah rumah. Tapi sampai kini tidak ada kabar beritanya pak. Kita juga berharap bagaimana rakyat susah seperti kami juga di perhatikan pemerintah harapnya.