“Kita harus paham bahwa di segi geografis memang Sumbar tidak menguntungkan buat investasi, belum lagi soal etitude budaya kerja, tapi bagi PT Semen Padang itu tantangan, terbukti semen sebagai industri besar tetap survive dan beri keuntungan, karena mampu mengembangkan networking dan bisnis turunan selain produksi semen tok,”ujar Yosviandri.
Akademisi Unand Ilham Aldelano Azre menilai kekinian dengan market pasar di Sumbar hanya 10 persen dari total produksi, jadi holding Semen Indonesia adalah pilihan cerdas yang diambil manajemen PT Semen Padang.
“Bertahan dengan kemandirian seperti minta spi off manajemen, jika itu dilakukan maka PT Semen Padang mundur seperti di era tahun kebangkitan PT Semen Padang yakni 1958 lalu,”ujar Azre biasa dosen FISIP Unand disapa wartawan di Padang.
Sementara owner tribunsumbar.com Adrian Toaik mengatakan ephoria masa keemasan pasar semen di Sumbar sudah lewat, sehingga itu keinginan PTSP pisah dari holding Semen Indonesia sebaiknya disimpan saja.