“Bertahan dengan kemandirian seperti minta spi off manajemen, jika itu dilakukan maka PT Semen Padang mundur seperti di era tahun kebangkitan PT Semen Padang yakni 1958 lalu,”ujar Azre biasa dosen FISIP Unand disapa wartawan di Padang.
Sementara owner tribunsumbar.com Adrian Toaik mengatakan ephoria masa keemasan pasar semen di Sumbar sudah lewat, sehingga itu keinginan PTSP pisah dari holding Semen Indonesia sebaiknya disimpan saja.
“Pabrikan besar dunia dan regional justru mempergencar networking dan memperluas pasar, kalau Semen Padang spin off manajemen, apa nggak rugi nantinya, pasal lokal Sumbar sudah stag,”ujar Adrian.
Yosviandri menekan bahwa PT Semen Padang tetap memiliki koor bisnis mengikuti market global.
“Etentitas bisnis tetap kita pertahankan dengan tidak meninggalkan aura Semen Padang sebagai pabrik tertua di Asia Tenggara yakni 8 Maret 1910. Tapi pasar modern tentu mengikuti trend yang digariskan PT Semen Indonesia,” ujarnya.
Bagi PT Semen Padang kesatuan visi dalam mengemban amanat tugas menjadi indikator produksi dan punya share market yang luas sangat dibutuhkan
“Kita siap dikritik untuk konstruktif dan kami percaya media di Sumbar bisa menyampaikan sesuatu itu dengan ‘tabayun’ dulu sebelum menshare ke ranah pembaca,”ujar Yosviandri.(rel jps)