“Sudah beberapa kali bencana, kami tak pernah dikunjungi pemerintah dan anggota dewan. Lebih sedih lagi, semua harta kami telah habis terbawa arus banjir. Tragisnya, diantara mereka yang kami pilih lantaran ada hubungan keluarga,” ujar salah seorang korban saat menerima bantuan dari Yayasan Berkah Amal Salih (yBas) dengan linangan air mata.
Hal sama, Mardison (40) korban banjir bandang di Kampung Tanjung mengaku 5 hari hanya mengganjal perut dengan mie instan. Begitu juga, dengan pakaian yang hanya melekat di badan.
“Semua pakaian dan peralatan memasak habis ditimbun galodo. Malahan, sampai hari ini belum ada yang bisa dikeluarkan. Sekarang sudah ada dapur umum. Namun kalau ada beras bantuan baru memasak. Memasaknya, juga sendiri-sendiri,” ujarnya yang berupaya menggenangi rumahnya agar lumpur bisa dikeluarkan.
Anggota Reskrim Polsek Lubuk Begalung, Polresta Padang, Aipda Dian Wihendro Ratno yang ikut menjadi donatur untuk korban banjir ini mengaku terenyuh. Apalagi, melihat kondisi korban yang begitu memprihatinkan.