Isa Kurniawan, Koordinator Komunitas Pemerhati Sumbar (Kapas)
Setelah digelar beberapa pertandingan di Piala Dunia 2018 di Rusia, pelajaran pertama yang dapat kita ambil adalah bagaimana berwibawa dan dihormatinya seorang wasit yang memimpin pertandingan.
Ketika keputusan sudah diambil wasit, terlepas apakah kontroversial atau tidak, maka semua pihak harus tunduk. Protes boleh saja tapi yang sopan. Kalau emosional, bisa-bisa pemain atau pelatih sekalipun diberikan kartu kuning, bahkan tidak tertutup kemungkinan kartu merah.
Sebagai manusia biasa wasit mempunyai keterbatasan dalam melihat sesuatu yang terjadi begitu cepat, sementara keputusan harus diambil saat itu juga. Hanya orang-orang pilihan dan yang sudah berpengalaman yang bisa menjalaninya.
Makanya untuk menjadi wasit itu ada pendidikan serta sertifikasinya. Tetapi sekarang untuk menunjang kerja wasit, pada kejadian tertentu sudah dibantu dengan teknologi.
Bagi kita di Indonesia, dalam sebuah pertandingan sepakbola, walau sekelas Liga 1 sekalipun, masih kita lihat bagaimana wasit dikejar-kejar dan ditendang pemain karena tidak setuju dengan keputusan yang diambil si wasit. Ini bukti bahwa kita belum bisa dewasa dalam bersepakbola, yakni bagaimana dengan jiwa besar menerima keputusan yang sudah diambil wasit, walau itu menyakitkan sekalipun.