Sebagaimana inovasi, Wagub juga menekankan agar dalam perumusan visi pembangunan harus sesuai dengan kondisi wilayah dan masyarakat di mana unit kerja berdiri.
“Jika saudara terlibat nanti, coba evaluasi Kabupaten/Kota saudara, berapa yang masih miskin? Berapa yang masih tertinggal? Untuk yang di Kabupaten, penilaian daerah tertinggal tinggal 1 kali lagi, 2019. Kalau masih tertinggal saat penilaian, kesempatan tinggal 2024. Kita harus fokuskan visi ke sana, kasihan masyarakat yang tinggal di sana. Sementara kalau yang di Kota, tantangannya adalah lapangan kerja, pengangguran. Buatlah visi, misi, dan program yang dapat menuntaskan persoalan itu,” jelasnya.
Nasrul Abit menerangkan, dalam pelaksanaannya nanti, implementasi visi dan misi akan menemui tantangan yang jalan keluarnya tak tersedia dalam regulasi. Di titik ini, kebijakan memainkan peran. Kemampuan untuk membuat kebijakan yang tepat inilah kompetensi dan ciri utama pemimpin berikutnya menurut Wagub.
“Ini seninya, mengambil kebijakan yang tak bertentangan dengan aturan. Kalau memimpin ikut aturan saja, semua anak SMA bisa jadi pimpinan. Namun nanti akan ada kondisi yang tidak ada dalam aturan. Di sinilah kebijakan. Di sinilah seninya kepemimpinan,” ujarnya.