“Kalau cuma tunggu DAU/DAK, daerah tidak akan berkembang. Kalau selama ini tunggu durian jatuh, kini kejar di mana pusat durian ini. Ini termasuk inovasi. Saya sering sampaikan tapi kadang-kadang diabaikan. Eselon III harus bisa memberikan masukan pada atasannya jangan melulu menunggu DAU/DAK. Berinovasi. Buat terobosan agar ada anggaran di luar DAU/DAK. Harus ada begitu baru bisa ada percepatan,” imbuhnya.
Bagaimanapun, Wagub menggarisbawahi agar inovasi yang diciptakan haruslah orisinil, sesuai dengan kebutuhan wilayah dan masyarakat, berdampak, serta dapat diterapkan.
“Buat apa inovasi-inovasi tapi tidak bisa diterapkan?” imbuh Nasrul Abit lagi.
Bersamaan dengan kemampuan menciptakan inovasi, pemimpin harus memiliki visi yang jelas & terang dan mampu menerjemahkan visi tersebut ke dalam misi dan program yang dapat dikerjakan, serta tentu saja, bisa diukur capaiannya.
“Penyebab masih ada daerah kita tertinggal adalah lemahnya visi-misi. Tugas saudaralah untuk mampu membuat dan menjabarkan visi-misi ini dengan baik. Kalau bikin (visi-misi) harus yang bisa diimplementasi. Jangan yang substansinya kurang jelas, apalagi abu2. Harus bisa dijabarkan. Harus bisa diukur. Jangan yang enak-enak didengar saja,” papar Wagub.