Perhatian Wagub Audi pada usaha sapi perah, seperti juga terungkap lewat wawancara itu, karena diyakini akan bisa menyerap banyak tenaga kerja. Pada sisi lain, rakyat juga akan terbantu dalam memperoleh susu sapi segar — yang kaya kalsium, protein dan vitamin itu — untuk menunjang kesehatan mereka dan kecerdasan anaknya.
Sebagai informasi, perjanjian kerjasama Pemerintah Indonesia – New Zealand (RI-NZ) tahun 2013-2023 tentang pengembangan usaha sapi perah di Indonesia, lokasinya di Jawa Tengah dan Sumatera Barat. Di Sumbar program kegiatan itu disebut berpusat di Kota Padang Panjang.
Sejalan itu, Dinas Nakeswan Sumbar lewat Renstranya, merencanakan 7 daerah lain di Sumbar sebagai mitra program pengembangan usaha sapi perah tersebut. Di antara 7 daerah sebagai mitra itu, seperti Kabupaten Tanah Datar, Padang Pariaman, Agam, Solok dan 50 Kota.
Penyiapan daerah mitra itu, karena lahan kosong di Padang Panjang, kota kecil 23 KM2 (versi peta PPDA) itu sangat terbatas, hanya sekitar 1.600 H (sawah kl. 573 Ha, dan areal RTH kl. 900 Ha). Tapi kota ini selain letaknya strategis di jantung Sumbar, iklimnya relatif dingin, punya SDM relatif mampu bidang usaha sapi perah.
Tumbuh mulai 1981, usaha sapi perah di Kota Padang Panjang memiliki 9 kelompok usaha dengan populasi 400-an ekor pada 2013 itu. Di segi fasilitas penunjang, antara lain Puskeswan, Rearing Unit (pusat pemeliharaan anak sapi), Rumah Susu. Sebagian obyek ini, seperti Rearing Unit sekaligus jadi obyek wisata agro.