Para politisi “tidak pernah benar-benar membahas apa arti penentuan nasib sendiri Aborigin yang sebenarnya”.Alexis wright mengungkapkan ini dalam novelnya “Carpentaria”.
Dalam novel Carpentaria sekilas menarik menceritakan senuah kota, Desperance, memberikan pembaca wawasan tentang ketegangan dalam komunitas Aborigin di pinggiran kota. Antara mereka dan orang kulit putih yang tinggal di kota itu sendiri. Di bawahnya dan yang jauh lebih penting cerita tentang keluarga, negara dan budayanya yang cukup menarik.
Banyak pembaca mengatakan novel ini luar biasa menarik untuk dibaca. Gabi yang sudah membaca buku ini mengatakan bahwa “Kisah tak henti- hentinya, sering menyedihkan dari komunitas aborigin diceritakan dengan gaya yang indah memesona. Bergantian antara jenaka, kadang-kadang naif tampak vernakular dan liris, prosa yang sangat menyentuh.
Mimpi dan kenyataan terjalin sedemikian erat sehingga pembaca tidak pernah benar-benar dapat menarik garis di antara keduanya. Tanah dan spiritualitas adalah satu. Saya sangat terkesan dengan karya ini yang berhasil menggambarkan keberadaan suram penduduk asli di bawah pemerintahan rasis kulit putih dengan cara yang mengangkat rasa sakit menjadi sesuatu yang transenden
Saya akan sangat merekomendasikan karya kecantikan ini kepada pembaca yang tidak memiliki masalah dengannya. non-linear, narasi surealistik realisme magis.”Gabi menjelaskan bahwa novel tersebut menceritakan kisah masyarakat Aborigin dengan gaya yang indah dan mempesona.
Terkadang ceritanya bercampur naif dan liris. Gabi sangat merekomendasikan buku ini bagi mereka yang tidak memiliki masalah dengan realisme non linier dan surealis karena akan berdampak buruk jika salah satu pembaca tidak memahami makna novel tersebut.
Pada tahun 2012, Alexis Wright peserta festival Bryon Bay Writers dan festival penulis Singapura. Tepat setelah itu, Alexis Wright menerbitkan novel ketiganya The swan book, buku ini menggali tantangan politik budaya dan ras yang dihadapi masyarakat adat. Selain itu, Wright diangkat sebagai rekan kehormatan akademi humaniora Australia.
Teman saya Alifia menjelaskan bahwa “Ini adalah kisah cinta paling menyedihkan yang pernah saya baca.
<< ➊ ➋ ➌ ➍ >>