Tugas Dokter Mengobati Bukan Untuk Menyakiti

oleh

“Pak dokter, saya mohon, izinkan istri saya dirawat dua hari lagi dirumah sakit ini. Saya cemas pak dokter, istri saya masih lemah, tolong yaa pak dokter. Jangan disuruh pulang sekarang. Berdiri pun ia belum bisa” pinta seorang suami kepada dokter yang sangat menginginkan istrinya sembuh dari penyakit gula yang diderita.

Dengan sikap arogan, dokter menolak. “ tidak bisa” jawab dokter lagi.
“Baik pak, saya akan bawa pulang istri saya ini” dengan hiba hati, suami pasien segera membungkus semua kemasan baju kotor sang istri. Ia mengusap dada seolah meneteskan air mata. Tapi apa daya, si buah hati yang disayangi juga belum kunjung berdiri.

Akhirnya, ia membawa sang istri dengan bantuan kursi roda. Saat itu tensi darah 100/90. Sebuah kondisi yang patut dikhawatirkan. Perasaan sang suami mendorong istri yang terkaku lemah itu bercampur aduk. Antara sedih, cemas dan marah . itulah rasa yang dipikulnya ditengah keramaian rumah sakit.Sesampai dipintu gerbang rumah sakit, hari dalam keadaan hujan. Sang suami tak tentu rasa lagi, ia berdua dengan istri pulang dengan mengendarai sepeda motor. Walau hujan mereka tak menghiraukan lagi. Sesak dada sudah penuh dengan tusukan kata seorang dokter.

Lima jam perjalanan dia tempuh berdua dalam keadaan hujan. Suami berumur 60 tahun dan istri yang sakit berumur 54 tahun. Sudah kakek nenek mereka ini. Namun kata-kata yang menyayat hatinya akibat ketidakprofesionalan sikap dokter tersebut sungguh menjadi pengalaman pahit yang tak terlupakan.

Menarik dibaca