Ia menambahkan, apabila curah hujan banyak membuat air menjadi keruh. Tentunya hasil Toek dari batang kayu tidak maksimal. Namun sebaliknya apabila air jernih, Toek yang dihasilkan maksimal dan Toekpun banyak warna putih,besar dan panjang.
“Untuk mengetahui bahwa Toek itu sudah berisi, apa bila kayu yang sudah kita ikat itu menjadi terbenam tidak merapung lagi. Curah hujan juga dapat mempengaruhi kualitas Toeknya. Apa bila sering terjadi banjir,maka kualitas Toekpun tidak bagus,warnanya kemerahan tidak putih” ujar Dian.
Diakui, dengan penjualan Toek ini, setidaknya sudah dapat mengurangi beban kebutuhan sehari-hari di masa pandemi.
“Biasanya ramainya pembeli itu pada hari -hari libur. Seperti hari Sabtu dan Minggu. Dengan hasil Rp500 ribu hingga Rp700 ribu. Itu tergantung ramainya pembeli. Tapi kalau hari biasa itu terkadang pembeli hanya memesan di bungkus plastik yang berukuran setenga kilo dangan harga Rp20 ribu per kantongnya” ungkapnya.