Perempuan asli Lumindai ini menjelaskan, sarana produksi menjadi kendala. Untuk menghasilkan 150 kg seminggu kita butuh mesin produksi, sementara saat ini produksi kita masih tradisional.
“Kalau dari bahan baku tidak masalah, lahan kebun aren Lumundai telah diremajakan dan petani lokal bisa produksi gula aren batu mencapai 500 kg perbulan. Namun kita butuh alat produksi modern. Smoga ada dukungan dari berbagai pihak untuk memajukan usaha ini” ujar tokoh perempuan yang pernah duduk di kursi legislatif Sawahlunto ini.
Produksi Gula Semut Lumindai telah berimbas pada kehidupan petani gula lokal. “Dulu ada beberapa petani aren yang terpaksa mencari tambahan penghasilan dengan menjadi pekerja tambang, karena penjualan gula tidak stabil. Sejak kami rutin menampung produksi gula arennya, mereka meninggalkan tambang dan fokus pada pekerjaan memproduksi gula” ungkap Zulhijani. (RNI)
Tip & Trik
<<< Sebelumnya
Selanjutnya>>>