Yang sekarang ini kita rasakan akibatnya kita tidak mampu membuat teknologi sendiri untuk memajukan bangsa kita. Kekayaan kuliner kita saja dilupakan oleh mie instan dari gandum impor, junk food yang banyak menimbulkan penyakit jantung, gula dan penimbunan lemak. “Saya nggak tau apa jadinya kalau kita membangun, sedang kita tidak punya insinyur. Padahal insinyur kita mampu membuat teknologi baru. Padahal insinyur kita bisa bersaing berkerja di negara maju,” kata Mega.
Harus diakui diMPR masih ada yang resisten jika kita kembali ke GBHN. “Kita harus jalan terus, bila perlu dengan berdemo untuk menyuarakan agar kembali ke GBHN,” kata Ahmad Zacky Siradj anggota DPR dari Fraksi Partai Golkar.
Tak cuma soal arah pembangunan.Tata kelola hukum per adil an juga carut marut ditengan jaman android. “Kita tidak pernah tau kerja pengadilan setiap hari mengurus perkara berapa banyak. Untuk mengurus Kasasi di Mahkamah Agung harus melewati 27 meja, sampai keluar putusan tetap”.
“Ini yang sebenarnya harus diperbaiki dari pada mengusulkan RUU Masa Jabatan Hakim Agung”, ujar pakar tata negara Margareto Khamis.Hakim Agung Gayus Lumbun yang duduk disebelahnya cuma bisa mengangguk angguk sembari men yodorkan datanya.