“Cara berpikir Buya Syafii dengan mengelaborasi model neo-modernis Islam dan pendekatan kritis, telah menjadikannya sebagai integritas keislaman yang unik dan independen,” ungkap Taufik yang juga aktivis Tarbiyah-Perti Sumbar.
“Indonesia butuh buya, memberikan kontribusi terhadap pencitraan Islam Indonesia, neo-modernis Islam dan pendekatan kritis,” tambah Taufik yang juga dosen Siyasah Syar’iyyah (Hukum Tatanegara) UIN IB.
Hal senada juga dikatakan Rektor UNP, Prof Ganefri yang juga Ketua PWNU Sumatera Barat tentang buku yang diterbitkan dan diluncurkan tepat di hari ulang tahun, Buya ASM pada 31 Mei lalu. Menurut Prof Ganefri, banyak dari sifat buya yang mesti ditiru publik. Di antaranya, peduli dan rendah hati, mandiri dan egaliter, arif dan bijaksana serta konsisten.
Kemudian, Prof Ganefri berharap, buku ini bisa jadi penguatan dalam perspektif gender ditengah diskursus keislaman, keindonesia dan kemanusiaan. Melihat berbagai sudut pandang perempuan ketika merespon ada ruang dari ketokohan Buya ASM dalam menyampaikan gagasan dan kritikannya.
Selanjutnya, buku ini diharapkan jadi salah satu sumbangan literatur untuk studi kritis tentang gender dalam pesan pluralistik serta penulisnya yang berasal dari berbagai kalangan dan latar belakang serta organisasi.