“Saudara yang saya hormati Abu Janda. Bangsa ini sudah banyak belajar dari luka, air mata dan kesedihan. Baik itu karena ketidak adilan, kemiskinan, ataupun perpecahan antar saudara, etnis bahkan antar agama. Sebagai anak bangsa tugas kita adalah mengobati serta menyembuhkan setiap luka yang pernah menggores dan berbekas dihati sanubari ibu Pertiwi” ujar Sultan B Najamudin.
“Jadi adalah keniscayaan bagi kita semua untuk menghapus jejak ingatan kelam tentang masa lalu yang merobek nilai kemanusiaan kita. Seharusnya kewajiban utama adalah merekatkan yang berjarak, menyatukan yang tercerai-berai demi menyongsong rasa kesatuan dalam ukhuwah menuju Indonesia yang tentram, damai serta menjunjung tinggi segala bentuk dari (paradigma) perbedaan, bukan sebaliknya”, tegasnya.
Sehebat apapun pengetahuan seseorang, seagung apapun perjalanan ilmu yang dimiliki, setinggi apapun bahasa tujuannya, seluas apapun argumentasinya, jika tidak berjalan kepada perspektif (universalitas) kebenaran yang dilandasi dasar-dasar nilai kemanusiaan dan ukhuwah, maka kritik yang hadir akan selalu menjadi polemik.
Diskursus tentang berbagai macam sudut pandang dalam pemahaman agama adalah kebutuhan (keyakinan) setiap pemeluk agama yang tidak akan pernah selesai. Tapi ruang dialektika yang kita gunakan tidak mesti dengan cara-cara yang merugikan, menyinggung atau bahkan menyakiti perasaan umat.