Maimoen menambahkan, “upaya pencarian bibit unggul dilakukan melalui talent scouting, pengamatan langsung, seleksi umum, dan pengataman portofolio”. Namun, masih terdapat kendala di antaranya adalah, “sapras, keterlibatan perusahaan, olahraga potensial dan keunggulan lokal,” katanya.
Artikel Lainnya
Anak Agung Gde Agung, asal Bali menyebutkan, “di Bali apa pun diuangkan termasuk olahraga. Untuk mendatangkan uang, even olahraga harus dijadikan berskala internasional sehingga bisa mendatangkan devisa. Inilah yang disebut sport tourism”. “Perlu dilakukan panca lomba, seperti olahraga gunung dan sungai,” tambahnya.
Sinoeng Nugroho, menjelaskan strategi peningkatan prestasi olahraga, “dana hibah untuk KONI dan keterlibatan atlit di even-even olahraga, khususnya atlit disablitas yang sering mewakili Indonesia di even internasional”.
Ketua KONI Jawa Tengah, Subroto, mengatakan perlu sinkronisasi dan linierisasi cabang olahraga dari sekolah hingga perguruan tinggi sehingga bisa menghasilkan atlit yang handal dan kesesuaian sarana olahraga yang akan dikembangkan di kabupaten dan kota. “Akademisi memberikan data hasil riset sehingga atlit bisa berprestasi,” ujarnya.
Terkait regulasi UU Nomor 3 Tahun 2005, Maimoen mengusulkan, “agar penghargaan tidak hanya diberikan kepada atlit tetapi juga kepada organisasi pembina atlit. Atlit juga diharapkan tidak hanya mengejar bonus sehingga bisa pindah dari provinsi satu ke provinsi lain”.
Menurut Sinoeng Nugroho, “penghargaan perlu diberikan kepada atlit dan mantan atlit, pelatih dan mantan pelatih. Khususnya pelatih tingkat dasar”.