Umpamanya, betapapun bagus peraturan dan tata tertib sekolah yang dibuat untuk peningkatan disiplin peserta didiknya. Apabila komponen-komponen lain seperti guru dan orang tua tidak mendukungnya tentu hal ini akan sulit untuk di wujudkan.
Dalam bentuk lain kita pernah mendengar pencanangan pendidikan karakter di suatu sekolah. Sebagai salah satu perwujudannya dibuatlah aturan salam pagi. Setiap paginya seluruh guru wajib menyalami peserta didiknya. Kenyataan di lapangan kita temui, yang menyalami hanyalah kepala sekolah dan wakil kepala sekolah saja. Dengan kejadian seperti itu apakah peraturan dapat ditegakkan. Peserta didik akan melihat kejadian ini terus setiap hari, sampai suatu saat aturan yang dibuat ini gugur. Peserta didik akan menceritakan masalah ini di rumah dan di masyarakat dimana mereka tinggal. Mungkin masalah ini bisa saja kita anggap sepele, tapi pada akhirnya akan dapat mempengaruhi kredibilitas dan kefavoritan suatu sekolah. Lama kelamaan kekaguman masyarakat akan luntur.
Belum lagi masalah proses pembelajaran yang dilakukan. Guru mengajar masih mempergunakan paradigma lama Teacher Centre. Pembelajaran yang dilakukannya masih berpusat pada guru. Guru belum bisa melakukan pembelajaran yang sifatnya interaktif, menyenangkan, menantang peserta didik. Pembelajaran yang dilakukan belum dilaksanakan dengan multi media dan multi metoda. Peserta didikpun tidak diberi ruang untuk berinovasi dan berimprovisasi dalam mengembangkan potens dirinya.