Padang, SPIRITSUMBAR.COM – Satupena Sumbar mengusulkan Buya Hamka (Haji Abdul Malik Karim Amrullah) sebagai “Penulis Hebat dan Besar dari Sumbar” kepada Satupena Indonesia.
Pengusulan ini merupakan bagian dari program Satupena Indonesia, yakni “Gelorakan Penulis Hebat dari Setiap Provinsi”, dimana masing-masing Satupena provinsi di seluruh Indonesia memberikan satu nama penulis hebat dan besar yang berasal dari provinsi setempat.
“Berdasarkan kajian dan aspirasi yang berkembang, ada 32 nama yang muncul. Kemudian dengan kriteria yang telah dirumuskan, ada 3 nama yang dinominasikan, di antaranya Buya Hamka, Rohana Kudus dan Azyumardi Azra,” ujar Ketua DPD Satupena Sumbar Sastri Yunizarti Bakry, Senin (10/3/2025), sehabis rapat tim di Gedung Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Sumbar, di Jl Diponegoro No 4 Padang.
“Dikarenakan yang diminta Satupena Indonesia itu hanya satu nama, maka tim memutuskan mengusulkan Buya Hamka sebagai penulis hebat dan besar dari Sumbar,” tambah Sastri.
Adapun tim pengusul, di samping dari Satupena Sumbar, juga melibatkan stakeholder yang ada, seperti Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Sumbar sebagai fasilitator, PWI Sumbar, Himpunan Media Sumbar (Hamas), serta dari perguruan tinggi, yakni FBS UNP dan FIB Unand.
Hasil dari rapat tim dibuatkan berita acara pengusulan yang ditandatangani oleh; Rahimi Siddik, SIP, MSi (Sekretaris Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Sumbar), Prof Dr Ermanto, MHum (Dekan FBS UNP), Dr Ronidin, MA (Mewakili Dekan FIB Unand), Soesilo Abadi Piliang (PWI Sumbar), dan Isa Kurniawan, SSi (Himpunan Media Sumbar/Hamas).
Kemudian, Dra Sastri Yunizarti Bakry, Akt, MSi, CA, QIA (Ketua DPD Satupena Sumbar), Armaidi Tanjung, S.Sos, MA (Sekretaris DPD Satupena Sumbar), dan Fajri Rahmad Ersya, SSTP, M.Si (Kabid Layanan, Otomasi dan Kerjasama Perpustakaan).
“Tim pengusul ini sengaja melibatkan pemerintah daerah, perguruan tinggi, dan beberapa organisasi lainnya, agar hasilnya obyektif, dan bukan dari Satupena semata,” tambah Sekretaris Satupena Sumbar Armaidi Tanjung.
Sebelum memutuskan memilih nama yang sudah diinventarisir oleh Satupena Sumbar, terlebih dahulu tim menyepakati kriterianya.
Di antara kriterianya; yang pertama itu sudah wafat. Kemudian lahir di Sumbar, atau memiliki garis keturunan Minangkabau.
Pernah berkarya di Sumbar, dimana karya-karyanya berdampak positif terhadap masyarakat, serta dikenal atau diterima sampai ke luar provinsi. Dan lebih bagus lagi terkenal sampai ke seluruh Indonesia, atau luar negeri.
Sosoknya memiliki keteladanan dalam kehidupan sehari-hari, yang sesuai dengan nilai-nilai kebudayaan dan kearifan lokal yang ada di Sumbar.
Seterusnya, pesan-pesan yang disampaikan dalam karyanya tercermin dari prilaku, sikap keseharian, dan dalam menghadapi masalah kehidupan.
Dan, terakhir, penulis yang belum mendapatkan penghargaan internasional.
Di antara kriteria tadi itulah tim akhirnya memutuskan memilih Buya Hamka sebagai “Penulis Hebat dan Besar dari Sumbar”.
Menurut Sastri, dengan dipilihnya Buya Hamka, yang di samping sebagai ulama kharismatik, juga sebagai penulis buku-buku agama seperti “Tasawuf Modern”, dan penulis novel-novel yang menjadi legenda, di antaranya “Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck”, “Di Bawah Lindungan Ka’bah”, “Merantau ke Deli” dan banyak lainnya.
Dengan adanya penghargaan ini, tentunya ke depan, sebut Sastri, akan banyak kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan sosok dan mengulas karya-karya Buya Hamka, dalam upaya menggiatkan literasi di Sumbar.
“Yang paling dekat itu di pelaksanaan IMLF III (International Minangkabau Literary Festival) yang akan digelar oleh Satupena Sumbar pada bulan Mei 2025 ini, yang akan diikuti oleh 21 negara,” pungkas Sastri.
(Rel)
Komentar