Dulunya, lamang tersebut dibuat sendiri oleh para menantu, untuk diantarkan kepada mertua masing-masing. Selain lamang, mereka juga membawa pisang dan kue-kue. Namun seiring kemajuan zaman, kebiasaan membuat sendiri lamang tersebut sudah ditinggalkan. Ada yang karena tidak mau repot, ada juga yang mengaku tidak bisa membuat lamang.
“Saya tidak pandai membuat lamang. Makanya saya beli jadi saja. Hal seperti ini sudah saya lakukan sejak saya menikah. Namanya manjalang mintuo,” kata Dera, konsumen.
Lain lagi pengakuan Sri Febriyanti. Ia mengaku bisa memasak lamang. Hanya saja proses pembuatannya yang lama dan ribet, membuat ibu dua anak ini memilih cara praktis dengan membeli lamang yang sudah masak.
“Saya gak ada waktu untuk memasak lamang. Sebab untuk membikin lamang, butuh waktu dan cukup repot persiapannya. Jadi saya main praktis saja, “ ujar Sri Febriyanti, konsumen lainnya.
Lamang adalah makanan tradisional yang terbuat dari beras ketan yang dicampur santan, kemudian dimasukkan dalam daun pisang, yang dimasak dalam bumbungan bambu. Memasaknya dengan cara dibakar. jika pada hari biasa, dangannya hanya laku paling banyak 25 sampai 50 batang, namun menjelang ramadhan ini naik hingga 100 sampai 150 batang sehari. Harga per batang bambu lamang dijual Rp60 ribu.