Setiap tahun selalu diperingati “Hari Kesadaran Nasional”, semoga makin kedepan semakin baik, berkuranglah orang yang banyak nggak sadar manfaat kelestarian ekosistem itu.
Kalau pemain kuda kepang mabuk /kesurupan, artinya itu nggak sadar, ya makan pecahan beling/kaca semorong lampu togok atau lainnya. Yang bahayanya itu yang katanya nggak sadar tapi makan segala cara di halalkan.Seperti ikan phiranha, asal apapun masuk dalam kehidupannya tersebut, terutama segala fauna habis sudah tinggal tulang belulang.
Umpamanya, dari satu atau dua sisi saja , kegiatan illegal loging yang tak pernah memudar bahkan menjadi-jadi , lalu lahan jadi tak lestari.
Pasca tambang illegal di DAS tanpa reklamasi, lahan yang tercederai menjadi potret buram di pandang mata publik. Lalu munculah bisikan dari hati sanubari = Quo Vadis, ekosistem yang tercederai itu. Dan dalam hati kita selalu bertanya : Tanggung jawab siapakah ini?. Jawabnya dalam kesimpang siuran ” Entahlah! “. Seriuskah, ndak kah?. Hanya diam seribu bahasa seperti batu dalam sungai andaikata batu itu bisa bicara, dari A sampai Z akan berkata sejujurnya. (*).