Saat ini ada sekitar 50 persen terumbu karang yang ada di perairan Kota Pariaman telah hancur, sedangkan tinggal 10 persen saja yang masih dalam kondisi baik. “Oleh karena itu, sudah seharusnya kita menyadari dan membangun komitmen bagi pelestarian ekosistem pesisir dan laut. Salah satunya dengan bantuan dari CSR PT Pertamina DPPU Minangkabau, yang membuat Taman Terumbu Karang (Reef Garden) ini, yang mempunyai salah satu fungsi sebagai berkembangnya terumbu karang yang kita tanam disana” ujarnya.
Lebih lanjut ia mengungkapkan saat ini Kota Pariaman serius dalam menggarap potensi baharinya, salah satunya dengan membuat dan menetapkan Kawasan Konservasi Perairan Daerah (KKPD), dengan membaginya menjadi 3 zonasi kawasan. “3 zonasi tersebut yaitu, Zonasi Inti (yang terletak di sekitar Pulau Kasiak), Zonasi Pemanfaatan Lainnya (Sekitar Pulau Angso Duo, Pulau Ujung dan Pulau Tengah) dan Zonasi Perikanan Berkelanjutan, area yang tidak termasuk 2 zonasi tersebut, dengan total Kawasan Konservasi Perairan seluas 11.529,89 Ha,” ungkapnya.
Selain itu Pemko Pariaman juga telah membuat pusat Konservasi Penyu, yang merupakan pelestarian habitat penyu yang mulai langka di dunia. Dari 7 macam Penyu yang ada di dunia, 3 macam ada di Penangkaran Penyu Desa Apar, yaitu Penyu Sisik, Penyu Hijau dan Penyu Lekang. “Dalam kawasan penangkaran penyu, kita juga memiliki hutan mangrove yang masih alami dan terus kita pelihara, dan bersama dengan pemerhati wisata ecoturism, mempunyai program menanam mangrove, untuk melestarikan dan menjaga habitatnya,” tutup Mukhlis.