Materi teori yang dilaksanakan ini, pihaknya membagi kelompok peserta. Dengan tujuan agar tersampaikan kepada personel masing-masing.
“Setiap personel harus melakukan uji coba, melatih dan menguji teori materi yang di sampaikan instruktur untuk di lakukan di lapangan” sebutnya kepada media, Selasa (26/9/2023).
Materi pelatihan ini meliputi pengenalan pertolongan pertama, bagaimana menilai korban, bagaimana mengevakuasi korban dalam pemindahan darurat. Kemudian peserta juga diperkenalkan alat-alat apung.
Nah, kalau korban yang ditemukan patah tulang juga di kenalkan dengan cara bidai jelang di rujuk ke rumah sakit yang akan di tangani oleh ahlinya.
Dikatakan, ketika nanti ada kejadian korban patah tulang. Kalau tidak ada peralatan bidai bisa menggunakan peralatan yang ada di sekitar kejadian. Seperti pelapa pisang, pelapa sagu atau yang lainnya.
“Intinya prinsip-prinsip menangani korban, bagaimana cidera yang dialami korban tidak bertambah parah untuk di lakukan penanganan lebih lanjut” tuturnya.
Dia menyebut, efektifnya materi yang disampaikan instruktur kepada peserta ini di bagi beberapa kelompok, agar semua peserta bisa mencoba dan melakukan saat di lapangan.
Sementara untuk praktek di lapangan, peserta melihat pusaran arus, akses masuk dalam air. Juga upaya mendekati korban, menggunakan peralatan untuk menyelematkan korban yang akan di evaluasi menuju ambulance.