Mengapa Sumbar ngotot harus banyak periksa sample swab karena kata Andani Eka Putra kasus positif Sumbar itu 90-95 persen orang tanpa gejala.
“Tracing dan testing dilakukan karena protokol kesehatan penerapannya di masyarakat tidak maksimal. Padahal 90-95 persen kasus positif dari silent spreader yang masih berintegrasi dengan banyak orang di Sumbar,” ujarnya.
Lalu WHO bilang penanganan covid-19 jelek, itu jangan diartikan Indonesia tidak mampu.
“Karena saat 100 ribu kasus positif terakumulasi di Indonesia awal Agustus lalu itu menyebabkan WHO merilis anggapanya, karena, kok lama kok lama sekali. Padahal di Brazil 100 ribu poisitif itu dicapai dalam lima hari, Indonesia berbulan-bulan, jadi kaget dalam negeri dengan dunia berbeda,”ujar Andani.
Andani mengakui Sumbar tengah menuju fase puncak. Jika positvity rate lima persen maka resiko kematian mengancam lebih banyak lagi.
“Kalau lebih lima
persen itu covid-19 membunuh tidak menyasar orang tua dan orang ada riwayat penyakit (cormobod) lagi. Covid-19 menyasar semua lapisan umuar,”ujarnya.
Bahkan saat positvity rate itu lebih lima persen maka mau tidak mau pengendalian penyebaran harus gencar lagi dilakukan.
“Karena saat itu, satu orang akan diinfeksi oleh banyak orang. Otomatis viral loadnya tinggi dan ini kini banyak dialami tenaga kesehatan dan dokter terpapar covid-19,”ujarnya