Pasca meninjau ketiga SMK tersebut, Ketua DPRD Sumbar, Supardi amat mengapresiasi program ini. Ia mengatakan program ini menerapkan konsep produksi dari hulu ke hilir.
Ia berkomitmen untuk memastikan pemerintahan provinsi memberikan penguatan terhadap produk industri (SMK). Agar bisa menjangkau pasar yang lebih luas.
Supardi mengatakan proses Braja Batik menggunakan sistem hulu ke hilir. SMK 4 merupakan hulu dengan memproduksi dasar kain batik, semi hilirnya SMK 8 yang merancang kain batik hasil menjadi produk tekstil. Sementara untuk pemasaran dilakukan oleh SMK 2 sebagai hilirisasi.
“Konsep hulu ke hilir yang diterapkan perlu kita dukung. Sehingga tiga sekolah ini bisa terus mengasah jiwa entrepreneur siswa yang bermanfaat untuk masa depan anak dan daerah,” kata Supardi.
Dia mengatakan penanaman nilai-nilai entrepreneur merupakan sebuah proses. Tidak ada jurusan khusus pada pendidikan formal untuk menumbuhkan jiwa itu. Namun lingkungan bisa menjadi salah satu faktor mengasah bakat alami seseorang (entrepreneurship-red).
“Jadi kolaborasi yang dilakukan oleh SMK 4 SMK 8 dan SMK 2 bisa dijadikan role mode untuk siswa sebagai bekal masa depan, sehingga saat lulus siswa bisa menerapkan proses-proses yang telah dilalui sebagai individu yang mandiri,” katanya.