Dua jam berlalu, para penghafal Al Quran masih fokus dengan bacaan masing-masing. Kecuali, kelompok I, beberapa bocah ini sekali-kali tampak berkelakar. Namun, guru yang mengajar masih setia mendampingi para bocah ini.
Sebagaimana telah digariskan sebelumnya, para santri kembali berkumpul usai melakukan pembelajaran. Sebagai penanggung jawab, saya kembali memberi motivasi sambil menerima uneg uneg mereka.
Pada kesempatan itu, saya kembali menegaskan agar mereka mengikuti pelatihan mubaligh mulai Minggu (18/3/2018). “Mudah-mudahan, sudah ada yang bisa tampil berceramah dihadapan jamaah tarwih dan subuh pada ramadhan tahun ini,” ujar saya pada para santri dengan nada optimis.
Tak bisa dipungkiri, metode tahfidz yang diawali dengan membaca terjemahan menjadi dasar dalam menyampaikan ceramah. Para santri memang diharuskan menggunakan Al Quran sama, yakni 1 juzz sebanyak 20 lembar. Dengan cara tersebut, mereka mudah mengingat dan memahami posisi ayat yang dihafal.
Sebagai kata motivasi kembali disampaikan agar menjadi generasi cerdas dan berkhaklak mulia. Hari ini lah penentu masa depan. Karena, kita tidak pernah tahun tentang masa depan. “Saya sangat berkeyakinan, dari kelompok inilah munculnya walikota atau bupati. Malahan, bukan mustahil dari kelompok inilah, munculnya lahirnya presiden pertama yang berasal dari Kota Padang,” ujar saya yang disambut dengan Aamiin oleh para calon penghafal Al Quran tersebut.