Batipuh, Spiritsumbar.com,- Di sebidang tanah gelap gulita polisi itu berhenti. Pandangannya tertuju pada tumpukan terpal bergaris putih biru di teras rumah penduduk Jorong Nagari, Nagari Sumpur,Kecamatan Batipuh Selatan, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat. Instingnya berbisik ada sesuatu yang tidak beres pada terpal yang disinari lampu teras rumah itu.
Lambat namun pasti terpal disingkapnya. Bripka Ready Kurniawan tiba tiba jadi rapuh begitu melihat seorang kakek tua renta tertidur di terpal plastik yang banyak digunakan petani untuk menjemur padi. Karena ingin dialog, Ready si polisi tampan inipun membangunkannya. Sesaat kemudian seorang kakek tua muncul dari gelumunan terpal sembari mengusap usap mata.
Namanya Nuzuwar, usia 84. Wajahnya terlihat murung ketika ditanya kenapa sampai tidur di atas tembok teras rumah dengan hanya beralas dan berselimut terpal saja. Itu semua terpaksa keadaan karena tidak memiliki tempat tinggal, jawab Nuzuwar sesekali menerawang menembus kegelapan malam. Atas izin pemilik rumah telah 8 tahun dia tidur di teras rumah ini , urainya kepada Bripka Ready Kurniawan, Bhabinkamtibmas dari Polsek Batipuh yang memantau keamanan desa sekitar pukul 23.00 Wib, 16/7/2020 itu
Dulu ketika tubuhnya masih kekar dan kuat Nuzuwar bekerja sebagai agen di terminal Lubuk Linggau Sumatera Selatan. Di sana dia bertemu jodoh dan dikaruniai 8 orang anak. Namun biduk rumah tangganya retak dan pecah dihempas gelombang kehidupan hingga akhirnya berpisah dengan sang istri. Tak lama setelah itu dia berhenti bekerja dan pulang kampung pada tahun 1982. Sementara anak dan mantan istri tinggal di daerah asalnya Lubuk Linggau. Empat tahun silam pernah ditawari balik ke Lubuk Linggau oleh anak anaknya, namun Nuzuwar menolak.
Di kampungnya nagari Sumpur, tepi danau Singkarak, kehidupan tak seindah impiannya. Rumah tak punya, berusaha untuk sekedar makan pun susah karena factor usia yang telah renta. Sementara dunsanak tempat bersandar pun hidupnya pahit. Ada dua orang kemenakannya, mereka sudah tua. Pertama, Thamrin, satu lagi Rosda juga kurang beruntung secara ekonomi.
Berharap bantuan pemerintah, selama ini belum tersentuh. Alasan yang didapat Ready dari warga sekitar, Nuzuwar tidak memiliki persyaratan administrasi seperti KTP dan kartu keluarga untuk bisa diusulkan sebagai penerima bantuan pemerintah nagari maupun pemerintah kabupaten. Untuk bertahan hidup selama ini dia bergantung pada hasil penjualan skala kecil kecilan buah sawo miliknya. walau tak seberapa, dicukup cukupkan saja, yang penting dapat beli beras dan lauk seadanya, papar Nuzuwar.
Sebenarnya banyak kisah yang hendak diungkap dari Pak Nuzuwar, tapi malam terus berjalan menembus pagi. Entah gelisah atau tidak sesekali pria yang rambutnya telah memutih itu tampak memindahkan tangannya yang lama lelah ke dahi. Sesekali pula dia menguap dan menarik nafas panjang seperti menahan kantuk.
Ready, anggota Polsek Batipuh Selatan yang dikenal dekat dengan warga itu lantas pamit pulang meninggalkan pak tua yang mungkin akan melanjutkan tidurnya kembali. Dia juga nelangsa tak karuan memikirkan nasib Nuzuwar yang malang. Hiba benar hatinya melihat lelaki itu tidur bergelumun terpal plastik, di luar ruangan lagi. Dingin apa yang tidak dirasakannya.
Di sepanjang perjalanan Ready berpikir keras bagaimana upaya menjadikan hidup Nuzuwar lebih layak, punya tempat tinggal untuk berlindung dari hujan dan panas,terpaaan angin, punya bekal yang cukup untuk makan hari ke hari. Salahsatu yang terpikir olehnya waktu itu adalah membangun rumah layak huni untuk pak Nuzuwar.
Pertemuan yang sangat berharga dengan Nuzuwar secepatnya dilaporkan Ready kepada Kapolsek Batipuh Selatan, Iptu Jhon Hendri,SH didampingi Kanit Bhinmas, Bripka Ardianto. Niat tulus Ready untuk membangun sebuah rumah layak huni bagi pak tua mendapat apresiasi dan disambut positif sang komandan.
Dukungan dan bantuan juga diberikan wali Nagari Sumpur dan aparatnya, pemuda, serta masyarakat sekitar. Dengan modal awal sebesar Rp. 3.620.000,- belumlah cukup untuk membangun sebuah rumah sederhana layak huni. Alhasil Ready dengan jaminan dirinya memberanikan diri mengambil tambahan bahan di sebuah toko bangunan dengan perjanjian bayar belakang alias berhutang dulu. Kalau tidak ada sumber lain dia dengan ikhlas yang akan membayar hutang ke toko bangunanan itu.
Kini rumah ukuran 3 x 4 meter itu mulai dikerjakan secara gotong royong, polisi, nagari, pemuda dan masyarakat sekitar.”jadi upah tukang tidak perlu dibayar ,” ujar Ready menjawab pertanyaan Spiritsumbar.com. Tempat tinggal Nuzuwar di bangun di atas tanah bekas rumah gadang yang secara ranji separuh menjadi miliknya, ujar Kasubbag Humas Polres Padang panjang, AKP. Witriza Wati,menjawab Spiritsumbar secara terpisah.