Tapi kok pilkada tetap diputar juga?
Apakah dalam waktu dekat akan ada kiamat di jagad raya?
Berbagai tanya membuncah di kepala kita.
Jawabnya tidak perlu ditanya kepada rumput yang bergoyang.
Tapi bisa didalami dengan pendekatan politik-ekonomi.
Pandemi Covid 19 yang berdampak luas pada mata pencarian masyarakat dan bisnis konglomerat perlu diminyaki dengan pitih pilkada supaya bisa menghela roda ekonomi yang nyaris terhenti.
Penguasa daerah pun happy, karena legitimasi kekuasaannya bisa diperbarui dengan mudah sekali…”
Sejumlan netizen kemudian ramai mengomentari status mantan Kepala Biro Humas KPU ini, berikut diantaranya :
“Ibarat bercinta, apakah kita bisa dengan sempurna bermesra di bilik di kala hati gelisah, cemas, takut, gamang dan tak nyaman? Memilih dalam ketaknyamanan yang saya khawatirkan di bilik suara adalah—asal lekas keluar …ya sembarang cucuk atau yang gawatnya lupa mencucuk. Masuk bilik atau memilih dalam suasana tak nyaman adalah bencana bercinta di alam demokrasi kita!” tulis Pinto Janir, sastrawan asal Sumatera Barat.
“Izin Prof. Sebaiknya pilkada ditunda sebab masyarakat belum selesai dengan masalah PENDEMIK VIRUS CORONA COVID-19 ini. Ditambah beban masyarakat harus menghadapi pilkada. Saya pikir justru KPU yang akan menyebarkan klaster baru di awal tahun 2021.” Komentar George Japsenang, Kepala Dinas Dukcapil di Provinsi Papua Barat.