Peternak Milenial di Kabupaten Sijunjung

oleh

Oleh: Aditia

Adi, pria kelahiran 1995 yang bermukim di Nagari Paru, Kabupaten Sijunjung, Sumatera Barat. Ia seorang pencetus program peternak milenial di salah satu nagari di Kecamatan Sijunjung.

Program ini bermula ketika ia melihat bahwa minimnya ketertarikan dan keterlibatan anak muda zaman sekarang terhadap sektor peternakan dan pertanian. Oleh sebab itu program peternak milenial ini dicetuskan bertujuan agar menarik minat dari anak zaman sekarang. Karena mereka sangat mampu memanfaatkan serta menggunakan teknologi. Itu akan sangat membantu perkembangan sektor peternakan di Nagari Paru.

Ia menarik perhatian anak-anak muda ini dengan cara mengajak mereka secara turun langsung ke lapangan. Cara beternak modern, menggunakan teknologi terkini. Cara ini sangat ampuh sehingga sampai saat sekarang ini terdapat 10 orang anak muda yang tergabung dalam program peternak milenial ini.

Program peternak milenial ini berfokus pada beberapa komoditi seperti ayam petelur, ayam pedaging dan masih ada dalam tahap percobaan yaitu seperti ayam KUB (Ayam Kampung Balignan).

Dalam program ini Adi mengajarkan anak muda tersebut cara beternak modern. Seperti peternakan yang ada di Jepang dan Australia, khususnya pada komuditi ayam petelur dan ayam pedanging.

Adi mengajarkan anak muda ini sesuai dengan metode yang ia pelajari selama di kampus. Tentang cara beternak modern. Pertama mulai dari perkandangan

Jenis kandang yang Adi pakai yaitu jenis kandang Windowless Keisha Style (kandang tertutup) dan yang paling penting yaitu sistem pemeliharaan serta manajamen pakan yang mana sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan ayam tersebut.

Untuk saat ini Adi dan anak muda tersebut sudah mempunyai 2 kandang ayam petelur dengan 1 kandang berkapasitas kurang lebih 6000 ekor ayam. Sedangkan untuk ayam pedaging hanya baru 1 kandang yang beroperasi dari 2 kandang. kurang lebih terdapat 7000 ekor ayam.

Jenis ayam yang Adi ternak untuk ayam petelur mengunakan ayam petelur Hibrida. Sedang ayam pedaging menggunakan jenis ayam Broiler. Untuk market dari usaha Adi ini, ia menyuplai sekitar 50 persen pada setiap ayam komoditi ke salah satu perusahaan ternama yang bergerak dibidang pertanian dan peternakan. Sedangkan 25 persen ia jual ke pasar tradisional yang ada di Kabupaten Sijunjung. Sementara 25 persen lainnya ia jual melalui salah platform E-Commerce atau secara online.

“Nah untuk komoditi ayam KUB masih dalam tahap percobaan mungkin sekitar kurang lebih Satu tahun lagi akan di realisasikan dalam program peternak milenial ini”ujar Adi.

Bagas (25), salah satu peternak milenial yang tergabung dalam divisi pengembangan ayam petelur mengaku program ini sangat bagus untuk generasi penurus bangsa seperti saya dan teman-teman lainnya. Mereka yang tergabung dalam program ini, belajar banyak hal. Tentunya seperti belajar cara mengimplementasikan perkembangan teknologi untuk kemajuan sektor peternakan.

“Disini saya mewakili teman-teman yang lainnya, berharap untuk generasi milenial jangan gengsi untuk ikut andil dalam kemajuan peternakan di Indonesia. Karena negara Idonesia butuh tenaga, inovasi, dan kreatifitas untuk perkembangan dan kemajuan Negara Indonesia, baik di sektor manapun yang kalian minati” ujarnya.

“Program yang dijalankan oleh Adi ini sangat memberikan dampak yang signifikan terhadap perkembangan di sektor peternakan yang ada di Nagari Paru. Hingga saat ini terdapat beberapa usaha ternak keluarga yang notabene masih menggunakan cara tradisional. Alhamdulillah sedikit demi sedikit beralih ke cara yang modern. Saya berharap program ini terus berkembang. Sehingga memotivasi para generasi muda untuk ikut andil dalam kemajuan di sektor peternakan maupun pertanian di Indonesia” ujar wali Nagari Paru, Iskandar S.E

Ada statement “milenial enggan bertani dan beternak”, cenderung mereka memilih bekerja di sektor Industri dan Perbankan, karena bertani dan beternak itu profesi yang kampungan serta tidak menguntungkan dari segi financial atau penghasilan, ujar anak generasi milenial zaman sekarang.

Mereka tidak sadar bahwa beternak dan bertani itu sangat simple dan menguntungkan. Karena beternak dan bertani sekarang menggunakan kemajuan dan perkembangan teknologi, bisa di bilang sebagai peternak modren. Untuk itu generasi milenial ini dibutuhkan kontribusinya untuk ikut andil dalam perkembangan dan kemajuan di sektor peternakan dan pertanian, karna generasi ini lebih dekat serta mampu memanfaatkan kemajuan dan perkembangan teknologi yang tersedia. (*)

 

Menarik dibaca