Dalam melakukan pertarungan di lapangan, pihaknya melakukan pendekatan pool test. Metode yang pertama kali digunakan di Amerika Serikat pada 1943 ini sebenarnya digunakan untuk mendeteksi wabah sipilis.
“Pool test ini bukan metode riset. Pool test ini tidak perlu sampel. Harapan dari pool test itu mencari bukan menghitung berapa prevalensi atau berapa proporsi,” katanya.
Namun kelemahan pada metode ini apabila digunakan pada populasi penduduk dengan banyaknya orang yang terdiagnosa positif. Metode ini menggunakan teknik untuk merunut dan mencari ke belakang. Menurutnya, pool tes digunakan untuk kondisi-kondisi tertentu dimana tingkat infeksi pada populasi itu tidak terlalu tinggi.
“Pool test dilakukan untuk menghemat tenaga, menghemat waktu, dan menghemat biaya pada populasi yang tidak banyak terinfeksi,” jelasnya.
Andani menceritakan ketika melakukan tes di beberapa kabupaten dan kota yang masih nol kasus positif COVID-19 Ia berkata, “Artinya di daerah tersebut tidak ada laporan Covid positifnya. Kita lakukan pool test di sana dan hasilnya cukup bagus. Dimana Kabupaten Solok Selatan menghasilkan gambar yang baik, masih positif 1 banding 25.”
“Kenapa cukup optimis dengan perbandingan 1 banding 25, karena kita pernah melakukan di laboratorium 1 sampel positif dan dicampur sampel 31 negatif, hasilnya masih terdeteksi positif. Ini menggambarkan sampel 1/32 dan 1/64 angkanya masih terdeteksi positif,” lanjut Andani.