Dona mengatakan dari hasil bertenun disaat kuliah, ia mendapatkan penghasilan sekitar 150 ribu rupiah perminggu untk membiayai hidupnya. Dan untuk menjualnya ia harus bolak balik Padang-Sawahlunto setiap pekan.
Setelah mendapat gelar Sarjana, ia sempat mencoba bekerja mengajar sebagai guru, namun hatinya terlanjur terpaut dengan songket. Ia lebih menikmati hidup dengan usaha songket dan akhirnya pada tahun 2014 ia memilih jalan hidup membangun usaha sendiri dengan bendera usaha Dolas Songket.
“Saya ingin membangun usaha sendiri dan memajukan kembali nama Dolas Songket yang dulu dibangun oleh orangtuanya dan sempat berhenti beroperasi karena krisis ekonomi” ujar Dona.
Ditanya tentang cita-citanya menjadi guru, ia mengatakan bahwa dengan menjadi pengusaha ia sekaligus menikmati profesi sebagai guru, karena untuk membangun usahanya ia harus mengajarkan keterampilan bertenun kepada orang-orang yang ingin menggelutinya.
Selain menularkan keterampilan bertenun secara sukarela kepada masyarakat di sekitarnya, Dona juga bekerja sebagai instruktur pelatihan bertenun yang diselenggarakaan Dinas Perindustrian Koperasi Dan UKM Kota Sawahlunto. Ia mengaku tak sempat menghitung jumlah pengrajin yang telah belajar bertenun darinya.