Di sekolah-sekolah, selain pemberian materi pembelajaran, kayaknya sudah semestinya dilakukan penjernihan sosial emosional peserta didik. Agar setiap permasalahan yang ditemukan tidak diselesaikan dengan kekerasan yang pada akhirnya menyelesaikan masalah dengan membuat masalah baru. Pengontrolan emosi yang baik, akan berguna sebagai bekal hidup peserta didik di kemudian hari.
Banyak contoh di sekitar kita yang membuktikan bahwa orang yang memilki kecerdasan otak saja, atau banyak memilki gelar yang tinggi belum tentu sukses berkiprah di dunia pekerjaan.
Bahkan sebaliknya. Seringkali yang berpendidikan formal lebih rendah ternyata banyak yang lebih berhasil. Kebanyakan program pendidikan hanya berpusat pada kecerdasan akal (IQ). Padahal yang sangat diperlukan adalah upaya mengembangkan kecerdasan hati. Seperti ketangguhan, inisiatif, optimisme, kemampuan beradaptasi dengan lingkungan.
Cleland tahun 1973 dalam makalahnya “Testing For Competence” bahwa seperangkat kecakapan khusus seperti empati, disiplin diri, dan inisiatif akan menghasilkan orang-orang yang sukses dan menjadikannya bintang-bintang dalam pekerjaan.
Pengontrolan emosi peserta didik harus ditanamkan guru setiap saat. Dengan sering dilakukannya penjernihan sosial emosional peserta didik diharapkan tindak kekerasan dan kejadian yang merusak nilai karakter bangsa dapat dihilangkan secara bersama-sama. (*)