Tiba-tiba datang Jordan di depannya dengan menggunakan papan surving. “Pandangan dia waktu itu sangat marah sekali. Tetapi saya tak tahu kenapa dia marah begitu,” lanjutnya dengan Bahasa Indonesia yang terbata-bata.
Tak lama berselang, kakaknya ingin istirahat dan kembali ke sampan. Sementara ia tetap melanjutkan surving di lokasi tersebut. Tiba-tiba dia didahului Jordan. “Saya dipotong, lalu saya tanya kenapa saya dipotong, ada masalah apa untuk cari solusi. Katanya dia tak mau saya surving di sana, tetapi tak tahu kenapa,” ungkapnya lagi.
Mendadak pukulan papan selancar Jordan mengarah ke tubuhnya. “Saya tangkis dengan papan surving saya, sehingga tak kena badan. Tapi saya kemudian dipukul dengan tangan kosong hingga tiga kali. Akibatnya saya luka di bawah pelipis mata, membesar dan berdarah,” kata Sacha.
Dengan kondisi tersebut ia pulang ke penginapan dan dibantu pengobatan oleh pemilik penginapan, Aurelius Yan, sebelum dibawa ke Puskemas setempat. Keesokan harinya baru dilaporkan peristiwa itu ke Polsek Muara Siberut.
Saat pulang ke Prancis dan kembali bekerja, ia dilarang bosnya mengurus bisnis dengan kondisi wajah memerah dan bengkak tersebut. “Akibatnya saya terganggu, tak boleh urus bisnis. Bos saya melarang temui rekan bisnis dengan wajah membesar dan luka. Saya dilarang masuk satu minggu,” tuturnya.