Pembiasaan Literasi Sekolah Tingkatkan Kreativitas Menulis Siswa

oleh

Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis ia akan hilang dimasyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian – Parmodya Ananta Toer.

Literasi menjadi sangat penting hal ini sesuai dengan amanat pendidikan di indonesia bahwa pendidikan saat ini di dalam pembelajaran diarahkan pada penguatan literasi. Literasi merupakan sebuah konsep yang memiliki makna kompleks, dinamis, yang terus ditafsirkan dan didefinisikan dengan beragam cara dan sudut pandang (Rumaf, 2019).

Konsep tersebut perlu dimaknai maksud dari literasi yang di harapkan. Selnjutnya menurut (Santoso, 2016) Literasi dapat diartikan sebagai kemampuan membaca dan kemampuan menulis atau dapat disebut dengan melek aksara atau keberaksaraan.

Seseorang dapat dibilang literat jika mereka sudah dapat memahami suatu hal karena telah memahami informasi sebagai hasil dari membaca yang tepat dan melaksanakan pemahamannya sesuai dengan apa yang dia serap. Penguasaan literasi dalam segala bentuk ilmu pengetahuan sangat diperlukan karena dengan begitu akan ikut serta mendorong kemajuan suatu bangsa.

Literasi sebagai sebuah kegiatan dalam menafsirkan atau menginterpretasikan segala bentuk ilmu pengetahuan akan membangun manusia yang memiliki pengetahuan yang luas.

Gerakan literasi di sekolah adalah upaya dalam melakukan perubahan secara menyeluruh untuk kegiatan sekolah sebagai organisasi pembelajaran literasi sepanjang hayat. Upaya yang harus ditempuh dalam mewujud literasi berupa pembiasan membaca oleh peserta didik.

Pembiasaan ini harus dilakukan dengan kegiatan membaca selama 15 menit dengan membaca buku non pembelajaran sebelum waktu pembelajaran dimulai. Materi baca berisi nilai-nilai budi pekerti berupa kearifan lokal, nasional dan global yang disampaikan sesuai tahap perkembangan peserta didik.

Dalam kemampuan membaca peserta didik dapat memiliki peran dan menjadi salah satu kunci kesuksesan di kehidupan seseorang, karena setiap informasi dan pengetahuan dapat diperoleh tidak terlepas dari kegiatan membaca. Bahwa semakin sering seseorang membaca buku maka semakin luas pengetahuan yang dimiliki, dan sebaliknya semakin jarang membaca buku maka pengetahuan yang dimiliki seseorang semakin terbatas.

Tidak terkecuali bagi sebuah bangsa. Kemajuan peradaban sebuah bangsa juga ditentukan dari seberapa banyak masyarakatnya membaca (Ahmadi 2010).

Selain kegiatan membaca yang termasuk bagian penting lainnya dalam literasi adalah kegiatan menulis. Menulis memiliki tingkatan yang sama dengan kegiatan membaca, dikarenakan ketika seseorang mampu untuk menulis maka secara tidak langsung seseorang tersebut juga mampu untuk membaca.

Kegiatan menulis bukanlah kemampuan yang dapat dikuasai dengan sendirinya, melainkan proses pembelajaran panjang untuk menumbuh kembangkan tradisi menulis. Hal ini dapat mendorong seseorang sejak lahir didunia dapat belajar membaca maupun menulis dari orang tua atau lingkungan disekitarnya.

Selain itu proses pembelajaran dan hasil pembelajaran tidak dapat terlepas dari faktor guru. Guru memiliki peran penting dalam menciptakan proses pembelajaran yang efektif guna mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Peran penting guru diharapkan mampu menerapkan strategi yang baik dalam rangka menciptkan sumber daya manusia yang berkualitas melalui pemahaman ketika membaca.

Kemampuan membaca seseorang juga digunakan sebagai tolak ukur dalam tingkat keberhasilan dikehidupan bermasyarakat mereka. Di lingkungan sekolah kemampuan membaca menjadi hal yang memegang peranan penting, karena tanpa hal tersebut peserta didik akan mengalami sebuah kesulitan belajar pada saat itu pada masa yang akan datang.

Di Era sekarang ini tidak sedikit orang yang malas untuk membaca terlebih minimnya budaya membaca di lingkungan sekitar tempat kita tinggal. penyebab seseorang malas membaca sebenarnya tidak hanya datang dari faktor diri sendiri, melainkan ada faktor pendukung yaitu faktor pertama yang membuat rakyat indonesia malas membaca harga buku bacaan yang tergolong mahal akibatnya hanya sebagian kecil dari rakyat indonesia yang menyisihkan sebagian uangnya untuk membeli buku.

Faktor kedua minat baca orang tua dan guru yang tergolong rendah banyak orang tua yang menyerahkan sepenuhnya pendidikan literasi baca kepihak sekolah namun sebenarnya anak lebih lama berada di rumah.

Begitu juga di sekolah seorang guru dituntut menyelesaikan materi pembelajaran sesuai kurikulum akibatnya banyak guru yang lupa untuk memperkenalkan buku dan membaca kepada muridnya.

Faktor ketiga yaitu kita masyarakat indonesia terbiasa membaca artikel yang instan di internet mungkin ini sudah menjadi hukum alam dengan kemajuan teknologi.
Berbagai upaya telah dilakukan untuk terus menumbuhkan semangat literasi dalam lingkungan sekolah. Sebagai kepala sekolah selaku pimpinan tertinggi di sekolah sudah seharunya memantau perkembangan literasi di sekolah tersebut.

Gerakan literasi sekolah merupakan salah satu bentuk upaya yang sangat ideal dalam menanamkan jiwa literasi pada diri siswa itu sendiri. Tidak mudah memang menumbuhakan kesadaran siswa untuk terus menggiatkan gerakan literasi di sekolah.

Pada awalnya untuk terlaksananya gerakan literasi ini hanya sebagian siswa yang turut mendukung kegiatan ini, dibuktikan dengan banyaknya siswa yang tidak mempunyai buku bacaan literasi setiap harinya walaupun di perpustakaan sekolah sudah disediakan buku bacaan yang dapat digunakan oleh siswa tersebut.

Selain itu sebagian siswa juga hanya sekedarnya saja membaca tanpa memahami isi bacaan yang ia baca tersebut.

Menindaklanjuti hal ini seharusnya pihak sekolah yang terdiri dari kepala sekolah dan majelis harusnya guru terus melakukan tindakan perubahan terhadap masalah tersebut. Tindakan yang dilakukan adalah memberikan efek jera kepada siswa yang belum memiliki buku bacaan literasi, bagi siswa yang tidak membawa buku literasi di haruskan memungut sampah, membersihkan lingkungan sekolah, dan hormat bendera .

Sanksi ini sesuai dilakukan demi terlaksananya gerakan literasi di sekolah. Kebijakan ini di ambil oleh pihak sekolah dengan tujuan agar gerakan literasi sekolah yang hendak dicapai berjalan dengan baik.
kemampuan Literasinya baik kemampuan membaca dan menulis sangat dituntut dalam diri siswa sutuhnya.

Jika nanti siswa sudah terbiasa membaca maka wawasan tentang perkembangan informasi akan semakin mudah didapat serta bisa mengembangkan kemampuan menulisnya untuk meraih prestasi baik di dalam maupun di luar sekolah.

Segala upaya dilakukan untuk mencapai visi dan misi terbaik terhadap sekolah yang berkomitmen menghidupkan gerakan literasi sekolah sepanjang masa. Bukti bahwa sekolah telah menghidupkan gerakan literasi tersebut akan banyak bermuculan prestasi yang di raih siswa.

Dari kebiasaan membaca tersebut banyak karya karya terbaik yang dihasilkan oleh siswa-siswi tersebut. Sebagai contoh dari dampak gerakan literasi sekolah menumbuhkan semangat kebiasaan membaca dan menulis, Hal ini dibuktikan dengan prestasi-prestasi yang diraih oleh siswa-siswi SMA 1Timpeh baik di tingkat Nasional maupun provinsi.

Akhir tahun 2021 SMAN 1 Timpeh berhasil meraih juara 2 tingkat Nasional dalam lomba menulis essay kepahlawanan yang diadakan oleh dinas sosial dengan judul essay “ Den Hagg dalam Genggaman Literasi Muhammad Hatta”.

Prestasi tersebut tidak luput dari dukungan kepala sekolah serta guru pembimbing yang selalu menggiatkan literasi sehingga membawa siswanya mampu mengimplementasikan literasi yang sesungguhnya.

Tidak berhenti sampai disini prestasi yang diraih oleh siswa SMAN 1 Timpeh pertengahan tahun 2022 kembali berhasil mengamankan podium Terbaik 1 tingkat provinsi se sumatera barat dalam ajang lomba menulis essay Keteladanan Bung Hatta dalam rangka hari ulang tahun sumatera barat yang diadakan oleh dinas kearsipan.

Sudah terbukti bukan, jika kemampuan membaca yang baik mempengaruhi tingkat kecerdasan dan wawasan seseorang menjadi luas dan meningkat. Sehingga mampu menghasilkan tulisan yang layak untuk disajikan kepada pembacanya.

Menarik dibaca