Kondisi ini, pernah saya rasakan sendiri, pada salah satu rumah makan menjelang kawasan Mandeh Pesisir Selatan. Rumah makan yang terkenal dengan harga Rp10 ribu ini mulai menjadi incaran para pembeli. Walau, harga Rp10 ribu itu hanya pada sambal tertentu, saya ingin mencoba sambal yang lain. Karena menurut kawan yang merekomendasikan juga relatif murah atau hanya Rp15 ribu.
Tragisnya, usai makan saya cukup terkejut juga, lantaran pedagang tersebut justru menetapkan harga Rp18 ribu.
Ternyata, nasib sama, juga dialami oleh salah seorang teman. Menurutnya, saat ditanya, hanya seharga Rp15 ribu. “Ternyata saat membayar justru di pakuak dengan harga Rp17 ribu,” ujarnya.
Bisa jadi, pedagang tersebut menganggap sebagai Aji Mumpung. Lantaran, yang makan tersebut berjumlah 5 orang. Lumayan kan, ada peningkatan Rp3 ribu per orang atau Rp15 ribu untuk keseluruhan. Apalagi, kalau jumlah orang yang akan makan satu bus, suatu tambahan penghasilan yang luar biasa.
Tapi dia lupa, hal itu akan menjadi imej negatif yang berkembang dari mulut ke mulut. Pada akhirnya, satu persatu akan enggan untuk menikmati hidangan ala kadarnya. Hal yang lebih parah lagi, akan memberikan kesan negatif, pada rumah makan lainnya, yang ada di sekitar lokasi tersebut. Bahkan, Pesisir Selatan, secara keseluruhan.