“DN mengucapkan sambil mondar mandir, mobil tidak bisa hidup. Tidak satu kali diucapkanya tapi berulang-ulang. Ya saya kesal, masa iya mobil ambulan tidak siap siaga BBM nya. Lantas bagaimana kalau Pasien dalam kondisi kritis”kata Darwis.
Sebetulnya DN tidak berwenang untuk menyampaikan hal itu, dia adalah seorang paramedis. Bukan seorang supir ambulan.
Ditemui secara bersamaan, DN, An (41) selaku Sopir Ambulan beserta kepala Puskesmas, Amri di kafe Viar Batang Kapas menceritakan kronologis peristiwa di Senin (6/3) malam itu. “Ya benar mobil tidak bisa hidup, tapi karena bensinya tidak ada pak”jelasnya.
Ia mengatakan waktu itu telah terjadi miskomunikasi. “Disaat pihak kami telah ingin membeli bensin, ada mobil orang lain yang telah datang menjemput pasien”terangnya.
Walau bagaimanapun alasanya, pihak keluarga pasien menganggap hal itu adalah sebuah kelalaian. Menyangkut bensin mobil ambulan habis, An (41) Si Sopir mengatakan bahwa dirinya waktu itu tengah sakit. Ia menderita sakit campak sudah satu minggu. Katanya disarankan dokter untuk istirahat menjelang pulih.
Sementara pasien yang dirujuk harus tetap dibawa dengan mobil ambulan ” makanya waktu itu saya minta bantu kepada Alex yang bekerja sukarela di Puskesmas agar dapat membawa pasien rujukan”jelasnya.