Padang Panjang, Spiritsumbar–Ruang tengah yang tanpa atap pada Amphitheatre di obyek wisata budaya PDIKM Padang Panjang perlu dipasang membran, atap yang tembus cahaya. Tujuannya, agar kegiatan pertunjukan seni budaya dan acara lain di tempat itu tetap jalan jika turun hujan. Sebab, 65 % hari dalam setahun di kota ini hujan.
Terkait kebutuhan pemasangan atap membran pada Amphi Teater itu, Kepala Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata (Porapar) Kota Padang Panjang, Maiharman dan Sekretaris Porapar, Nurasrizal yang dihubungi Spiritsumbar, Januari 2023 ini, menyebut selain masuk Renstra 2024-2026 OPD dinasnya, juga diajukan masuk RPD 2024-2026 Kota Padang Panjang.
Berdasarkan hitungan kasar teknisi, kata Maiharman, pemasangan membran pada Amphi Teater tersebut, butuh anggaran berkisar Rp 1,5 – 1,8 milyar. Karena biayanya tidak tergolong besar, di sisi lain proyeksi hasilnya setelah dipasang membran akan bisa mendonkrak PAD kota, makanya diajukan masuk RPD (Rancangan Pembangunan Daerah) 2024-206.
Amphitheatre di obyek wisata budaya PDIKM (Pusat Dokumentasi dan Informasi Kebudayaan Minangkabau) Padang Panjang dibangun dengan dana APBD Kota Padang Panjang pada era Walikota Hendri Arnis, terus diselesaikan di era Walikota kini, Fadly Amran. Sedang PDIKM dibangun oleh keluarga Bustanil Arifin (Menteri Koperasi era Soeharto), kemudian diserahkan ke Pemko Padang Panjang.
Tadinya sesuai disain, ruang tengah Amphitheatre itu memang tanpa atap. Sebab, bangunan ini sejenis medan bapaneh yang dimodernisasi; ada pentas yang beratap dengan beberapa ruang penunjang, terus pelataran beton tanpa atap di depan pentas, dan tribune melingkar (tempat duduk penonton) dengan atap yang miring ke belakang tribune.
Dalam perkembangan operasionalnya, karena cuaca di Padang Panjang sering hujan (data MKG; 65 % hari dalam setahun di kota ini hujan Red-), terkadang kegiatan di Amphitheatre itu terganggu oleh hujan. Atau paling tidak, khawatir, kalau-kalau hujan turun. Sebab, ketika hujan turun, pelataran depan pentas itu akan diguyur hujan. Begitu juga penonton di bagian depan tribune.
Itu sebabnya, belakangan muncul pemikiran; ruang pelataran depan pentas Amphitheater itu perlu diatap. Caranya, pasang membrane yang lebar sampai ke atas atap tribune, agar luncuran air hujan dari membran jatuh ke atap tribune. Dengan begitu, ruang Amphitheatre tidak basah saat hujan, tampilannya akan tetap menarik, bias cahaya matahari masuk.
Jika itu terwujud, Amphitheater akan bisa jadi ruang pertunjukan yang kondusif, nyaman dan menarik. Tidak was-was akan kehujanan, terutama di musim hujan November – Desember. Di tribune penonton selain akan bisa menikmati pertunjukan di pentas, juga udara segar dan pemandangan taman komplek PDIKM yang hijau dan asri.
Selanjutnya, Amphitheatre di PDIKM sebagai salah satu asset daerah yang disewakan itu juga akan bisa ditingkatkan potensinya untuk menunjang pendapatan asli daerah (PAD) Kota Padang Panjang. Terlebih, lokasinya dekat (kl.125 meter) dari jalan raya Padang – Bukittinggi/Solok. Dan sekitar 50 meter dari obyek wisata Mivan Water Park.
Kecuali itu, keberadaan Amphitheater di PDIKM Padang Panjang sudah mulai dikenal di Sumatera Barat, bahkan ke daerah tetangga. Sebab, berbagai acara festival/lomba seni budaya, lomba cerdas-cermat, reuni pelajar dan lainnya berlangsung di situ. Acara-acara itu mulai dari tingkat lokal, provinsi sampai regional. Terbaru, salah satunya casting filem Lelaki Minang.
Dari produser filem Lelaki Minang inilah, yakni Ramadhan, salah satu saran itu muncul; sebaiknya ruang tengah pada Amphi Teater di PDIKM dipasang atap membran. Sebab, cuaca di Padang Panjang sering hujan, sehingga juga dikenal sebagai kota hujan, ujar Ramadhan, perantau Minang yang belakangan berkiprah sebagai produser filem di Jakarta.(jym/yet).–