Oleh : Sukirman (Widyaiswara LPMP Sumatera Barat)
Salah satu aspek yang banyak dikeluhkan oleh para guru dalam mengimplementasikan Kurikulum 2013 adalah penilaian.
Hal ini terjadi karena tidak optimalnya pemahaman guru tersebut terhadap konsep penilaian itu sendiri.
Selama ini penilaian lebih dipahami sebagai suatu proses pengumpulan dan pengolahan informasi. Untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik (Panduan Penilaian Oleh Pendidik dan Satuan Pendidikan Sekolah Menengah Atas, 2017).
Hasil penilaian yang dilakukan lebih berfokus kepada produk yang bersifat angka-angka.
Jika peserta didik mendapat nilai (angka) yang tinggi diasumsikan bahwa peserta didik tersebut sudah kompeten. Dengan kata lain peserta didik tersebut memiliki pencapaian yang tinggi.
Dalam hal ini fokus guru hanya kepada bagaimana peserta didik mendapat nilai yang tinggi, dan penilaian proses agak termarginalkan.
Proses yang baik niscaya akan memberikan hasil yang baik pula. Karena sudah terfokus kepada upaya mendapat nilai yang tinggi. Proses pembelajaran adakalanya juga diwarnai oleh kegiatan latihan membahas soal-soal.
Menjelang dilaksanakannya ujian nasional, sekolah-sekolah pada umumnya menerapkan belajar tambahan. Kegiatannya mayoritas diisi oleh latihan membahas soal-soal.