Walau telah lama, namun belum ada tanda – tanda akan di bantu oleh pemerintah. “Kami sangat berharap ini menjadi perhatian pemerintah. Kami menggantungkan hidup pada tanaman yang kami tanam sepanjang aliran sungai. Misal saja tanah saya dahulunya lebih 1 ha sekarang hanya tinggal 0,5 ha saja. Selebihnya sudah tersapu arus sungai batang pasaman,” ujarnya.
Dia mengaku, selain tanah yang makin berkurang, tanaman mulai dari jeruk manis ,tanaman pinang, dan kelapa sawit juga tersapu air. “Hal ini sangat parah jika musim hujan datang mau –mau tanah kami yang ada juga akan habis,” ujarnya.
Mereka mengaku khawatir dan mengharapkan adanya pembangunan tembok penahan sepanjang sekitar 2 kilometer. Agar aliran sungai Batang Pasaman sebagai sumber terjadinya banjir tidak menggerus tanah. Sehingga tanah yang ada serta tanaman tempat kami menggantungkan rezeki tidak ikut tergerus air. Setidaknya kami membutuhkan bronjong ataupun tembok penahan ini juga berfungsi sebagai perlambat laju arus sungai batang pasaman,” ujarnya.