Spiritsumbar.com, Tarusan – Idul fitri yang identik dengan kemenangan yang dirayakan dengan hal yang baru. Ini menjadi menjadi momentum bagi para pedagang untuk meraup keuntungan yang lebih banyak dibanding dengan waktu lainnya.
Namun, waktu lebaran yang nyaris bersamaan dengan tahun pelajaran baru membuat menimbulkan dilema bagi sebagian besar masyarakat. Mereka harus memilih antara kepentingan pendidikan dengan keinginan merayakan lebaran. Pada akhirnya, salah satu harus dikorbankan atau bisa juga mengurangi salah satu demi memenuhi kebutuhan yang lain.
Hal ini, jelas berdampak kurang menguntungkan bagi para pedagang. Padahal mereka sudah siap untuk menggaet pembeli dengan menambah stok dagangan. Walau, lebaran kali ini jauh lebih semarak dengan waktu libur yang panjang, namun masyarakat cenderung merayakan dengan kesederhanaan.
Darmilis (52) warga Tarusan mengaku tidak begitu peduli dengan tetek bengek lebaran, lantaran harus memenuhi kebutuhan sang buah hati untuk pendidikan. “Anak saya memang sering menyebut baju lebaran. Tapi selalu saya beri pengertian, bahwa kita juga butuh biaya untuk beli buku dan pakaian sekolah,” ujar lelaki yang berprofesi sebagai petani ini.
Malahan dia tidak memungkiri, memenuhi kebutuhan pendidikan saja sudah sangat sulit. Apalagi, kondisi ekonomi tahun ini juga tidak terlalu menguntungkan. “Biasanya, ada kiriman dari adik dari Jakarta, namun kondisinya juga tidak begitu baik,” ujarnya.