Spiritsumbar.com, Padang – Para pencinta buku dan penikmat novel bakal disuguhkan dua novel yang menggali kehidupan ulama besar.
Tak tanggung-tanggung, kisah dua tokoh besar itu merupakan karya terbaru dua sastrawan, Khairul Jasmi dan Akmal Nasery Basral.
Khairul Jasmi menulis tentang jejak rekam kehidupan Syeikh Sulaiman Arrasuly yang dikenal dengan Inyiak Canduang. Sedangkan Akmal Nasery Basral menulis tentang sisi lain Buya Hamka. Dua novel ini diterbitkan oleh Republika Penerbit.
Simak Video : Ekspresi Guru Honor Dapat Hadiah Motor
Inyiak Canduang dikenal seorang ulama pendiri Persatuan Tarbiyah Islamiyah, yang lahir dan besar di lereng gunung. Belajar mengaji ke Batu Hampar di waktu kecil. Lalu seterusnya belajar hingga ke Mekkah.
Artikel Lainnya
Sulaiman kecil memang disiapkan menjadi orang besar. Menantang zaman, menjemput asa. Begitulah kisah dimulai oleh Khairul Jasmi dalam novel yang diberi judul “Inyiak Sang Pejuang.” Kisah-kisah jenaka Sulaiman kecil dipungut dan diceritakan menjadi enak dibaca.
Melalui riset yang panjang, Khairul Jasmi menulis kisah-kisah kecil Inyiak Canduang dan diterbitkan Republika Penerbit di awal tahun ini. Menurut Khairul Jasmi, nama Inyiak Canduang sangat harum di seluruh penjuru negeri ini.
“Banyak cerita yang segera hilang jika tidak dituliskan. Basis novel ini adalah sejarah lisan para murid-muridnya,” ungkap pemimpin Harian Umum Independen Singgalang ini.
Ketika diberi kesempatan membaca naskah awal, sudah terasa bahwa novel ini rangkuman kisah heroik yang pernah ada di tengah masyarakat. Sebagaimana cerita kehidupan kebanyakan, berangkat dari suka dan duka perjalanan seseorang.
Seseorang itu kini dikenang karena sikap dan integritas perjuangannya. Serta, ilmu pengetahuan agama, yang telah diberikan kepada para murid-muridnya. Murid-murid itu kini sudah banyak pula yang jadi profesor.
“Kiprah di sidang konstituante, hingga bagaimana ia mengajar para murid, menjadi landasan penting agar generasi berikutnya bisa memakna perjalanan seorang pejuang,” tutur Khairul Jasmi, suatu waktu.
Menurut pengakuan Khairul Jasmi, ibunya belajar langsung dengan Inyak Canduang. Nama yang ia sandang kinipun adalah diberikan oleh Inyiak Canduang. Makanya, ia banyak bertanya kepada ummi dan teman-temannya yang pernah belajar ke Inyiak Canduang.
Besar harapan, perjuangan para muridnya menjadikan Inyiak Canduang sebagai pahlawan nasional segera terwujud.
Apa hebatnya novel ini bagi pembaca? Salah satu bocorannya, bagaimana kehidupan keluarga pada masa itu dan bagaimana Syeikh Sulaiman Arrasuli berkonflik dengan pemerintah Hindia Belanda dalam perjuangan Syiar Islam yang dijalaninya. Begitu pula dengan para dukun dan tokoh adat yang sempat berhadapan dengannya. Cerita kian menarik karena klimaknya Inyiak Canduang harus dibunuh.