“ Ndak do manampak mato amak lai yuang, kabua-kabua pandangan amak taruih. Hiduik bansaik yo coikolah modenyo yuang. Anak amak lai ado barampek , tapi hiduiknyo kurang barado lo. Jadi baa caronyo kamambantu (Mata tidak bisa lagi melihat nak, pandangan kabur terus. Hidup miskin memang seperti ini nak. Anak Ibu memang ada berempat, tapi hidupnya kurang berada juga. Jadi bagaimana caranya membantu?” kata Nian yang waktu itu juga dikunjungi oleh Bupati Pesisir Selatan, Hendrajoni beserta ketua Tim Penggerak PKK, Lisda Hendrajoni baru baru ini.
Para uluran tangan orang kaya atau dermawan yang bermurah hatilah yang nantinya bisa meringankan beban seorang nenek itu.
Ia juga mengatakan, menyangkut soal bantuan-bantuan yang berasal dari bentuk program pemerintahan, Nian yang tinggal di Kampung Rangeh sangat kurang diperhatikan. Pasalnya, sudah lama bertahun-tahun, ia tidak lagi menerima bantuan dari pemerintahan nagari. seperti raskin (beras miskin) atau jenis bantuan lain yang orang lain dapat namun ia tidak menerimanya.
Jika tidak bekerja, pasti pula, Mak Nian tidak memiliki uang. Untuk mencukupi kebutuhan, kini nian selalu mengandalkan hasil kerajinan tangannya yakni membuat “ lapiak pandan “ (anyaman dari daun pandan). Hasil kerajinan itu, juga tidak seberapa. “Cuma Rp25 ribu satu tikar, itupun harus pergi ke pasar dulu menjualnya” terang nenek ini sambil diberi sekardus mie instan dan selapik telor ayam ras oleh ibu Lisda Hendrajoni.