“Bahkan kami juga pernah membawa seni tradisi ini ke negara tetangga untuk dipertontonkan ke khalayak ramai di sana, mereka sangat antusias menyaksikan seni Talempong Batuang karena alatnya yang sederhana dan unik, tapi mampu menghasilkan suara yang indah saat dimainkan,” ujar Efrianto.
Menurutnya, saat ini kesenian tersebut diketahui masih dilanjutkan oleh satu keluarga saja, yakni keluarga Umar Malin Parmato (90), jika kondisi ini dibiarkan maka hampir dipastikan seni tradisi itu akan punah akibat tergerus perkembangan seni budaya lainnya yang lebih modern.
Untuk tahun 2016, pihaknya akan mencoba merancang upaya penyelamatan lainnya, yakni dengan memasukkan kesenian Talempong Batuang sebagai salah satu mata pelajaran tambahan dalam dunia pendidikan kota itu.
“Pembicaraan awal sudah dilakukan dengan pihak terkait lainnya, semoga upaya ini mampu membuahkan hasil demi menyelamatkan tradisi kuno yang diperkirakan sudah ada sejak berabad-abad silam,” kata dia.