Kepunahan sedang mengancam kesenian tradisional Talempong Batuang. Talempong Batuang merupakan sebuah alat musik tradisional khas Kota Sawahlunto yang terbuat dari batuang atau bambu. Di daerah aslinya, kini hanya tinggal beberapa orang yang mahir membuat dan memainkan alat musik tersebut.
Salah satunya adalah Umar Malin Parmato, 90 tahun. Selama puluhan tahun, ia setia menjadi penerus dan pelestari alat musik tradisional ini.Di daerah asalnya, Silungkang, Kota Sawahlunto, ia bisa disebut sebagai generasi terakhir pelestari talempong batuang.
Angku Umar, demikian ia akrab disapa, mengenal talempong batuang dari ibunya. Ibunya kerap memainkan alat musik itu di sela-sela kegiatannya. Angku Umar yang tertarik, kemudian belajar dari sang ibunda. Tak hanya dia yang belajar, tapi dua saudara laki-lakinya juga pandai memainkan talempong batuang.
Ketiga kakak beradik ini dulunya kerap dipanggil dan dipakai jasanya saat acara-acara tradisional. “Kalau ada yang baralek (mengadakan pesta perkawinan), maarak marapulai atau babako, biasanya kami dipakai,” kata ayah tujuh anak ini.
Angku Umar mengaku, dulu di rumah orang tuanya banyak talempong batuang yang mereka buat. “Tapi sayang, sejak rumah saya kebakaran sehingga semuanya hangus terbakar, tidak ada yang tersisa,” ungkapnya sedih.