Oleh: Saribulih
Profesi guru seakan telah terdegradasi sampai pada titik nadir. Hal ini, terlihat dengan bersilewerannya berbagai berita miris tentang guru. Malahan, menjadi hiasan di berbagai media saat ini, baik dalam bentuk tulisan ataupun visual.
Berbagai serangan menghantui para guru, baik dalam bentuk tekanan mental dan kadangkala berubah menjadi pukulan fisik. Insan yang semestinya, merubah karakter sang buah hatinya ini justru dipermalukan di depan anaknya sendiri.
Lebih dari itu, tak sedikit pula guru yang dilaporkan ke aparat kepolisian. Guru dituduh melakukan tindakan penganiayaan atau tuduhan lain. Kalau toh ada kesepakatan damai, sang guru tetap berada pada posisi lemah. Mereka harus membayar kompensansi, atas perbuatan yang telah dituduhkan. Baik dalam bentuk denda atau tetek bengek lainnya.
Pada akhirnya, harga diri guru di obrak abrik, malahan sudah mencapai pada titik nadir. Karena, secara otomatis, hal ini juga menghilangkan rasa segan sang anak pada pendidiknya. Guru tak berkutik, bahkan dari kasus tersebut guru malahan mengarah pada olok olok. Para orang tua yang pada umumnya tidak mengerti dengan peran guru tersebut, akan menjadikan kasus demi kasus, seakan menjadikan yurisprudensi untuk tindakan berikutnya.