Padahal pendidikan juga bagian dari otonomi daerah. Mestinya, mereka menghargai kearifan lokal, seperti Bali, Yogyakarta, Papua dan sebagainya.
Tapi, yang terjadi justru sebaliknya. Mengkoyak kearifan lokal Ranah Minang. Yang dilempar oleh orang yang mengaku menjunjung tinggi Pancasila atau Pancasilais. Bukankah, kearifan lokal juga bagian dari penjabaran butir Pancasila. Bukankah kita disuruh beradab yakni sopan, bertatakrama. Baik tindak tanduk maupun cara berpakaian yang menutup aurat. Agar terhindar dari nafsu bejad.
Bahkan dalam Islam, kita kerap mendengar zina mata, zina tangan, zina kaki, zina mulut (zina majazi) selain zina tentu saja dengan alat kelamin (zina hakiki).
Semua praktik zina itu disebutkan oleh Rasulullah SAW dalam hadits sebagaimana dirawi Bukhari, Muslim, dan Abu Dawud. Pada hadits ini, Rasulullah SAW menyatakan bahwa setiap anak adam ditakdirkan berzina melalui organ-organ tubuh tersebut.
Rasulullah SAW bersabda, ‘Allah telah menakdirkan anak Adam sebagian dari zina yang akan dialaminya, bukan mustahil. Zina kedua mata adalah melihat. Zina mulut adalah berkata. Zina hati adalah berharap dan berkeinginan. Sedangkan alat kelamin itu membuktikannya atau mendustakannya,’” (HR Bukhari, Muslim, Abu Dawud).