Memperbaiki Citra Guru Agama (3)

oleh

Program short course ke luar negeri bagi guru-guru agama ini memang sedikit menjadi polemik di mata sebagian orang. Ada yang setuju, tapi tentu juga ada yang tidak setuju. Mereka yang tidak setuju memandangnya sebagai program yang kurang bermanfaat. Ada juga yang mempertanyakan, kenapa guru agama (Islam) belajar harus ke Eropa atau Australia.

Bagi guru agama yang memperoleh kesempatan, tentu ini sebuah tantangan yang harus dijawab. Mereka harus membuktikan, negara tidak sia-sia mengirim mereka belajar ke luar negeri. Apalagi tentu harus menjadi kesadaran pula, tidak banyak guru agama yang memperoleh kesempatan serupa.

Belajar dari pengalaman yang sudah ada, ternyata memang guru agama tidak sia-sia diberi kesempatan belajar ke luar negeri. Meski dengan waktu yang sangat terbatas, hanya 14 hari, namun sepulang mengikuti short course ini mereka mampu menghasilkan produk yang sangat bermanfaat.



Tahun lalu misalnya, guru-guru agama yang dikirim ke Oxford University mampu menghasilkan modul pembelajaran yang berisi model-model pembelajaran aktif yang mereka beri nama metode ISRA sebagai singkatan dari Islam Rahmatan lil Alamin.

Modul ini berisi metode-metode pembelajaran aktif yang mampu menjadikan pembelajaran agama menjadi lebih menarik dan menyenangkan. Metode-metode ini juga sudah disosialisasikan dan dipraktekkan melalui berbagai pelatihan untuk guru-guru agama di berbagai daerah.

Menarik dibaca