Kita semua sepakat jangan sampai karena nila setitik rusak susu sebelanga, gara gara satu dua orang kepala sekolah yang berbuat, runtuh wibawa guru dan kepala sekolah yang lain. Masih banyak guru yang baik di negeri ini yang patut di gugu dan di tiru. Seperti kisah pengabdian Oemar Bakri, cerita tentang Butet Manurung yang mendidik anak pedalaman dengan sokolah rimbanya.
Wibawa seorang kepala sekolah akan terihat dari seberapa tinggi penghormatan yang diberikan oleh siswanya. Kopiah Bapak Kepala sekolah yang sengaja ditinggal diatas meja piket dekat tempat masuk dan keluar warga sekolah sudah dapat mengendalikan ketertiban sekolah dan sekolah dapat berjalan dengan normal. Begitu kuatnya pengaruh dan tingginya wibawa seorang kepala sekolah dimata siswanya. Itu zaman dulu.
Sekolah membutuhkan kehangatan, keharmonisaan, kekeluargaan. Mendidik merupakan upaya membangun peradaban. Harus ditangani dengan cara manusiawi, sadar, terencana, dan terukur dengan baik. Komunikasi dua arah menjadi penting agar tidak ada saling curiga.
Rasa senasib sepenanggungan, yang mengurat mengakar di sanubari warga sekolah akibat sehatnya hubungan yang dibangun akan menjadi benteng dalam mengahadapi tantangan. Jika hal ini sudah melekat kuat dihati warga sekolah. Jangankan ada yang mendemo kepala sekolah, seekor nyamuk saja tidak akan mereka biarkan menggigit Kepala Sekolah. Selamat berbenah.