Kedua, kebebasan yang didambakan tentunya bukan kebebasan yang salah kaprah. Belajar yang membebaskan bukan berarti bebas tanpa arah. Sikap siswa yang secara psikologis cendrung meniru, wujud dari pencarian jati diri.
Kita berharap aksi unjuk rasa yang dilakukan siswa diatas tidak berimbas ke sekolah lain.
Bagaimanapun jika hal ini berimbas secara massif maka akan banyak rugi dari pada untungnya. Bagaimana mungkin hal ini tidak bisa terjadi, maraknya tawuwan antar siswa menjadi tren dikalangan siswa.
Kita semua sepakat jangan sampai karena nila setitik rusak susu sebelanga, gara gara satu dua orang kepala sekolah yang berbuat, runtuh wibawa guru dan kepala sekolah yang lain. Masih banyak guru yang baik di negeri ini yang patut di gugu dan di tiru. Seperti kisah pengabdian Oemar Bakri, cerita tentang Butet Manurung yang mendidik anak pedalaman dengan sokolah rimbanya.
Wibawa seorang kepala sekolah akan terihat dari seberapa tinggi penghormatan yang diberikan oleh siswanya. Kopiah Bapak Kepala sekolah yang sengaja ditinggal diatas meja piket dekat tempat masuk dan keluar warga sekolah sudah dapat mengendalikan ketertiban sekolah dan sekolah dapat berjalan dengan normal. Begitu kuatnya pengaruh dan tingginya wibawa seorang kepala sekolah dimata siswanya. Itu zaman dulu.