Generasi 4.0 yang ditandai dengan penggunaan dan penguasan teknolgi media sosial, dimana informasi bisa didapat dimana dan kapan saja. hal ini berimplikasi kepada meningkatnya kecerdasan siswa. Akhirnya akan mengencangkan teriakan siswa atas rasa ketidakadilan yang ada disekitarnya. Artinya, kini warga sekolah tidak lagi bisa di bodoh bodohi.
Pembungkaman dalam menyampaikan pendapat terhadap mahasiswa pada rezim otoriter orde baru melalui kebijakan Normalisasi Kehidupan Kampus/Badan Koordinasi Kemahasiswaan (NKK/BKK). Inti Kebijakan tersebut untuk “mematikan” daya kritis mahasiswa terhadap pemerintah.
Belajar dari masa lalu, sikap kritis pelajar hari ini jangan sampai pula dibungkam oleh kepala sekolah atau penguasa hari ini. Apapun itu namanya keberanian pelajar ini harus dilihat menjadi satu langkah maju dalam berdemokrasi.
Kedua, kebebasan yang didambakan tentunya bukan kebebasan yang salah kaprah. Belajar yang membebaskan bukan berarti bebas tanpa arah. Sikap siswa yang secara psikologis cendrung meniru, wujud dari pencarian jati diri.
Kita berharap aksi unjuk rasa yang dilakukan siswa diatas tidak berimbas ke sekolah lain.
Bagaimanapun jika hal ini berimbas secara massif maka akan banyak rugi dari pada untungnya. Bagaimana mungkin hal ini tidak bisa terjadi, maraknya tawuwan antar siswa menjadi tren dikalangan siswa.